Bisnis.com, DENPASAR - Bali tak hanya dikenal dengan eksotisitas budayanya. Dari sisi kuliner pun, Bali mampu menghadirkan kopi robusta dan arabika yang khas.
Dalam setahun, tak kurang dari 20 ton kopi bali terserap oleh pasar nasional.
Secara terperinci, produsen kopi lokal di Bali setiap tahun mampu menjual 8 ton kopi arabika dan 12 ton kopi robusta.
Pemilik brand Kopi Arabika Komang Sukarsana menuturkan Covid-19 tidak mempengaruhi bisnis kopinya.
Selama ini pemasaran kopi difokuskan pada kawasan industri seperti di DKI Jakarta, dan kedai-kedai kecil yang menjual es kopi susu kekinian.
Selain itu, dia juga melakukan ekspansi bisnis ke beberapa e-commerce, sehingga transaksi penjualan tetap berjalan sebagaimana saat kondisi normal.
"Teknologi di zaman sekarang ini menuntut kita berpikir untuk bisa survive, sehingga mau tidak mau semua pelaku UMKM harus melek digital," tuturnya kepada Bisnis, Senin, (8/3/2021).
Menurutnya, pilihan untuk memasarkan kopi di dalam negeri awalnya disebabkan beratnya biaya logistik dalam melakukan ekspor.
Di sisi lain, kopi yang ditawarkan memiliki kualitas tinggi, maka baik green bean, roasted, maupun powder dapat dipasarkan di dalam negeri dengan harga lebih tinggi dibandingkan harga ekspor. Misalnya, kopi yang telah di-roaster dapat mencapai harga Rp180.000 - Rp220.000 per kilogram.
"Harga ekspor tidak selalu lebih baik daripada harga jual dalam negeri, itu tergantung dari mana kopinya berasal. Terlebih lagi di dalam negeri sudah banyak roastery yang lebih mengedepankan kualitas, dan mau membayar kopi dengan harga lebih mahal," kata dia.
Dalam mengembangkan usaha, saat ini terdapat enam pengolah kopi yang bekerja sama dengan Komang. Masing-masing pengolah memiliki 50 orang petani kopi yang berada di Kabupaten Bangli, Tabanan, dan Buleleng.
Para petani itu diberi edukasi cara memperoleh kopi dengan kualitas terbaik untuk meningkatkan nilai jual kopi itu sendiri.