Bisnis.com, DENPASAR - Sektor pertanian memiliki kontribusi signifikan terhadap perekonomian Bali sehingga bisa jadi sektor yang bisa dimaksimalkan guna memacu ekonomi Pulau Dewata.
Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali M. Setyawan Santoso mengatakan sektor pertanian memiliki kontribusi cukup besar yakni 13,5 persen, atau kedua terbesar setelah sektor perhotelan dan restoran dalam perekonomian Bali. Selain itu, bidang pertanian memiliki ketahanan yang cukup kuat terhadap tekanan permintaan dan penawaran.
"Kuatnya sektor ini karena pertanian tetap tumbuh pada saat terjadinya krisis, meski ada kontraksi tapi sangat rendah dibandingkan sektor lainnya," tuturnya kepada Bisnis, Kamis (18/2/2021).
Selanjutnya, pertanian telah menyerap tenaga kerja tertinggi di Bali hingga mencapai 19,6 persen. Hal ini karena sifat lapangan kerja di sektor pertanian fleksibel sehingga dapat mengirim tenaga kerja ke sektor lain dan dapat menyerap tenaga kerja dari bidang kerja yang berbeda pada saat terjadinya pengangguran.
Saat pandemi, jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor hotel restoran menurun dari 13,3 persen pada 2019 menjadi 9,7 persen di 2020. Sehingga sebagian terserap di sektor pertanian yang menyebabkan pangsanya meningkat dari 18,7 persen menjadi 22,5 persen.
"Ada banyak cara untuk kembali ke sektor pertanian," tambahnya.
Baca Juga
Adapun upaya yang dapat dilakukan yakni pertama, mendukung sektor pertanian dengan sektor industri (agro industry). Ke depan, sektor industri harus diarahkan menuju agro industri, yaitu industri yang mengolah hasil hasil pertanian.
Agro industri, lanjutnya, tidak selalu melakukan pengolahan dari bahan mentah menjadi bahan makanan jadi, tetapi lebih luas lagi mencakup pengepakan (packaging) yang steril dan higienis sehingga produk pertanian dapat disimpan dan dikirim sesuai kebutuhan.
"Dengan agro industri, pemasaran produk pertanian seperti buah manggis, sawo, alpukat dan mangga dapat bertahan lebih segar dan lebih lama," kata dia.
Kedua, mendukung sektor pertanian dengan digitalisasi atau digital farming. Selama ini telah ada beberapa anak muda yang kreatif dan mengembangkan aplikasi sebagai marketplace untuk memasarkan produk pertanian kepada konsumen. Dengan aplikasi ini petani dapat menawarkan produknya di market place sementara konsumen lokal maupun importir dapat melakukan pemesanan.
"Ke depan, digitalisasi harus mencapai ke seluruh aspek pertanian mulai dari pemilihan bibit oleh petani, pembiayaan, peminjaman traktor atau mesin pengolahan, proses pengolahan, pengepakan (packaging) hingga pemasaran," jelasnya.
Terakhir adalah upaya untuk meningkatkan perhatian kepada sektor pertanian baik melalui dialog Dinas Pertanian secara langsung dengan petani. Juga dengan mempererat koordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian di pusat. Komunikasi yang aktif diperlukan agar Kementrian Pertanian memberikan perhatian lebih banyak terhadap Pulau Dewata dibanding provinsi lainnya.
"Dialog ini perlu untuk menjamin Bali menerapkan bibit dan teknologi terbaru yang paling efisien dalam meningkatkan produksi pertanian," tuturnya
Dia meyakini, jika hal ini dilakukan maka akan mampu mendorong perekonomian Bali seperti yang terjadi di Provinsi KEPRI dengan wisata pulau Bintan dan pulau Penyengat juga kehilangan jutaan wisman. Namun perekonomiannya pada 2020 hanya berkontraksi -3,8 persen karena memiliki sektor industri maju di kawasan ekonomi khusus.
Sementara itu, perekonomian DIY dengan wisata keraton dan candi Prambanan - Borobudur nya sepi pengunjung, namun ditopang industri pendidikan dan industri rumah tangga sehingga hanya terkonsentrasi -2,69 persen.
"Sebenarnya kita bukan beralih lagi pada sektor pertanian, tapi kembali pada sektor ini sebagai penopang ekonomi seperti sebelum 2014 silam," jelasnya.