Bisnis.com, DENPASAR - Presentase penduduk miskin di Bali naik 0,67 poin pada September 2020 dibandingkan posisi Maret 2020 menjadi sebesar 4,45 persen dengan jumlah 196.920 jiwa. Kenaikan penduduk miskin lebih tinggi terjadi di perkotaan daripada perdesaan.
Kepala BPS Bali Hanif Yahya mengatakan ada sejumlah faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Bali. Pertama, pandemi Covid-19 yang berdampak pada perilaku, aktivitas ekonomi, dan pendapatan penduduk. Kedua, sektor pariwisata yang terpukul dengan dampak banyaknya pekerja di Bali terkena pemutusan hubungan kerja sehingga semakin mempersulit masyarakat bawah memperoleh pendapatan.
Ketiga, pertumbuhan ekonomi Bali pada kuartal III/2020 terkontraksi minus 12,28 persen secara tahunan (year on year/YoY). Keempat, pertumbuhan konsumsi rumah tangga terkontraksi sebesar minus 4,82% YoY.
Nilai inflasi kumulatif Maret 2020 ke September 2020 juga tercatat mengalami deflaso sebesar minus 1,08. Hal ini sejalan dengan kondisi inflasi bulanan di Denpasar yang tercatat deflasi sebesar minus 0,16 pada September 2020.
Keenam, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2020 tercatat sebesar 5,63 persen, naik 4,42 persen dibandingkan posisi Februari 2020. Selanjutnya, nilai tukar petani pada September 2020 tecatat sebesar 93,6 yang masih di bawah 100 atau lebih rendah dari kondisi Maret 2020 yang tercatat sebesar 97,1.
Terakhir, adanya bantuan sosial pusat dan daerah yang berjalan dengan baik juga ikut mempengaruhi pertumbuhan penduduk miskin di Bali. Menurutnya, bantuan sosial dari pemerintah pusat maupun daerah sangat membantu penduduk pada masa pandemi, terutama lapisan bawah.
Baca Juga
"Persentase penduduk miskisn di Bali pada September 2020 adalah sebesar 4,45%, kondisi ini naik 31.073 jiwa atau dengan persentase yang naik 0,67 persen," katanya dalam paparan virtual, Senin (15/1/2021).
Lebih lanjut, secara grafik, persentase penduduk miskin di Bali dari September 2016 sampai dengan September 2020 dinilai relatif stabil dengan angka yang berkisar antara 3% sampai dengan 4,45%. Sementara itu, apabila dilihat dari perbandingan penduduk miskin di perdesaan dan perkotaan, disparitas keduanya tercatat masih tinggi. Persentase penduduk perkotaan naik 0,71 persen dan perdesaaan naik 0,62 persen.
Dari perubahan persentase penduduk miskin, tercatat kenaikan penduduk miskin perdesaan lebih rendah daripada perkotaan. Hal tersebut karena inflasi perdesaan pada September 2020 yang tercatat 0,49 persen, berbeda dengan kondisi Maret 2020 yang mengalami deflasi 0,43 persen.
"Terlihat dengan geliat harga perdesaan ini akibat ekonomi desa didominasi sektor pertanian sehingga mampu menahan penduduk miskin di desa tetap lebih rendah dengan kota, upah buruh tani," katanya.
Pertumbuhan jumlah penduduk miskin di perdesaaan lebih rendah daripada perkotaan juga diperkuat oleh indeks upah buruh tani yang sedikit alami kenaikan dari 105,94 pada Maret 2020 menjadi 106,85 pada September 2020.
"Nilai indeks ini juga menggambarkan tingkat kesejahteraan buruh tani tetap terjaga meskipun ada pandemi Covid-19," sebutnya.