Bisnis.com, DENPASAR - Penjualan produk tenun tradisional di Klungkung dihadapkan dengan tenun print yang memiliki harga lebih murah. Kondisi ini pun membuat harga tenun tradisional di pasaran harus bersaing untuk mampu meningkatkan penjualan.
Daerah Klungkung menjadi salah satu pusat tenun tradisional di Bali. Klungkung memiliki kain tenun yang cukup khas yakni tenun rangrang yang berasal dari Nusa Penida.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengeluhkan harga tenun tradisional di wilayahnya yang harus bersaing dengan tenun print. Padahal, dari sisi kualitas, tenun tradisional memiliki nilai jauh lebih tinggi daripada tenun print.
Hanya saja, dengan harga tenun print yang jauh lebih murah, membuat harga kain tradisional di pasaran menjadi anjlok. Contohnya, tenun tradisional Klungkung yang sebelumnya dihargai Rp1,2 juta saat ini anjlok ke Rp200.000.
Penurunan harga tersebut pun diikuti dengan rendahnya kualitas meskipun corak yang ditawarkan sama.
"Banyak produk tembakan, produk print dam lkain-kain yang dulunya Rp1,2 juta sekarang bisa Rp200.000 dengan corak hampir sama tapi kualitas beda, karena sangat susah bedakan yang asli dan palsu, sekarang harga kain itu benar-benar dibunuh di pasar," katanya, Selasa (26/1/2021).
Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan pemerintah daerah telah mengeluarkan aturan berupa 40 persen pengadaan barang dan jasa pemerintah daerah harus berasal dari UMKM. Institusi pemerintah pun diharapkan mulai memanfaatkan produk UMKM yang ada untuk mendorong kegiatan usaha sektor tersebut.
Menurunya, Bali juga telah mengeluarkan Pergub 99/2018 tentang pemasaran dan pemanfaatan produk pertanian, perkebunan, dan industri. Regulasi ini mewajibkan pemanfaatan produk lokal di Bali sehingga mampu mendukung ekosistem usaha di Pulau Dewata.
"Mohon ini dielaborasi di tingkat kabupaten kota, bupati kita harapkan keluarkan regulasi yang sama," sebutnya.