Bisnis.com, DENPASAR -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mengembangkan Lab Mini MA 11 di Desa Wisata Tampaksiring Gianyar sebagai upaya memenuhi permintaan pupuk organik yang meningkat hingga 25 persen pada Desember 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kepala KPw BI Bali Trisno Nugroho mengatakan dalam rangka mendukung dan memenuhi permintaan terhadap produk pertanian serta peternakan organik yang ramah lingkungan maka dilakukan pengembangan Microbacter MA 11 (Mikroba Alfaafa) di desa Wisata Tampaksiring.
Selanjutnya, melalui Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) dilakukan penyaluran bantuan berupa pembangunan Lab Mini MA 11 yang digunakan untuk pembuatan pupuk organik, fungisida nabati, dan pestisida organik yang dapat digunakan oleh para petani binaan BI Bali untuk pengelolaan lahan pertaniannya.
"Sinergi ini dilakukan dalam rangka menciptakan pembinaan pertanian yang mengangkat konsep Tri Hita Karana untuk menyelaraskan alam semesta," tuturnya dalam acara Peresmian Lab Mini MA 11 dan Penyerahan Bantuan Bank Indonesia (PSBI) Jumat, (11/12/2020)
Salah satu pembuat MA 11 dan anggota klaster Kelompok Tani Ternak dan Ikan (KTTI) Pulagan Tampaksiring Dewa Ketut Gata menuturkan penggunaan MA 11 pada pertanian organik mampu meningkatkan produksi padi. Karena efektivitas tersebut, permintaan pupuk cair dengan MA 11 meningkat hingga 25 persen pada Desember 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Gata menyebutkan, MA 11 terbuat dari kotoran ternak sapi yang diolah dalam waktu 14 hari. Selain itu, kelompok tani yang berdiri sejak 2016 lalu ini telah mampu menghasilkan 700 liter per bulan dengan harga Rp50.000/liter, yang didistribusikan ke seluruh Bali mulai dari petani binaan Bank Indonesia hingga kepada masyarakat umum.
"Bahkan untuk Januari 2021, kami sudah mendapat pesanan 900 liter MA 11 di berbagai wilayah di Bali dan NTB," tambahnya.
Kedepannya, sambung Gata, pada Lab Mini MA 11 yang baru ini akan diintegrasikan dengan Desa Wisata Tampaksiring sebagai sekolah lapang yang menyediakan Laboratorium, edukasi pengolahan sampah plastik dan organik, permakultur, dan wisata Subak Pulaga.
"Sehingga Tampaksiring dapat menjadi Desa Wisata berbasis edukasi," jelasnya.
Anggota DPR RI I Gusti Agung Rai Wirajaya mengatakan perlu adanya dorongan kepada petani untuk menggunakan bahan organik dalam proses budidaya pertanian karena produk yang dihasilkan memiliki harga lebih tinggi dibandingkan produk pertanian non organik lainnya. Selain itu, penggunaan pupuk organik pada lahan pertanian akan membuat lahan menjadi lebih sehat dan produktif.
"Tentunya penggunaan produk organik akan banyak menguntungkan petani, sehingga di Lab Mini MA 11 ini produk yang digunakan akan diuji efektivitasnya terlebih dahulu sebelum diaplikasikan," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, BI Bali turut menyalurkan Gapura Pintu Masuk Desa Wisata Tampaksiring, Gazebo di area wisata, serta pemberian bantuan teknis berupa onboarding UMKM untuk mendukung digitalisasi dari sisi pemasaran, pembayaran, pembiayaan serta sistem pencatatan keuangan berbasis SIAPIK.
Desa Tampaksiring memiliki banyak potensi wisata untuk dapat lebih dikembangkan yakni adanya obyek wisata alam seperti Candi Gunung Kawi, Terasering subak, Sungai Lokasi Tubing Air, Pura Tirta Empul, Istana Presiden Republik Indonesia, serta obyek wisata penunjang lainnya.