Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi Ekonomi Bali, Begini Proyeksi Bank Indonesia

Pada 2021 nanti, kondisi kestabilan harga diproyeksi akan sedikit tertekan.
BPBD Kota Denpasar Bali Sosilisasikan Protokol kesehatan Covid-19 Dengan Pengeras Suara di Pantai Sanur Bali./Istimewa
BPBD Kota Denpasar Bali Sosilisasikan Protokol kesehatan Covid-19 Dengan Pengeras Suara di Pantai Sanur Bali./Istimewa

Bisnis.com, DENPASAR — Laju inflasi Bali diproyeksi bakal tetap terjaga di kisaran 0,1 persen sampai dengan 0,6 persen hingga akhir 2020 dibandingkan periode tahun lalu.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan pihaknya pun berupaya untuk menjaga agar harga tetap stabil hingga akhir tahun. Namun, pada 2021 nanti, kondisi kestabilan harga diproyeksi akan sedikit tertekan sehingga membuat laju inflasi berada pada kisaran 3 persen plus minus 1 persen secara tahunan (year on year/YoY).

Peningkatan inflasi tersebut didorong oleh meningkatnya aktivitas pariwisata pasca Covid-19, normalisasi harga tiket angkutan udara, adanya potensi peningkatan cukai rokok, serta peningkatan biaya sekolah yang ditiadakan pada tahun 2020.

Menurutnya, peningkatan kunjungan wisatawan domestik yang berpotensi terjadi di libur natal dan tahun baru akan berpotensi meningkatkan kenaikan harga.

"Selanjutnya, peningkatkan daya beli masyarakat diprakirakan berdampak terhadap permintaan barang sekunder dan tersier, seperti pakaian dan barang elektronik, yang akan mendorong peningkatan harga kelompok barang tersebut," katanya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2020 yang diselenggarakan di Sanur, Kamis (3/12/2020)

Proyeksi perolehan inflasi pada akhir tahun nanti akan melanjutkan realisasi pada November 2020 yang berhasil memperoleh realisasi 0,81% secara tahunan (year on year/YoY). Perolehan ini jauh lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar 1,59 persen (yoy).

Inflasi terjadi pada November 2020 karena adanya tekanan harga pada volatile food, di tengah masih melandainya core inflation dan kontraksi administered prices. Peningkatan harga aneka bawang dan aneka cabai serta daging ayam ras menjadi faktor utama naiknya tekanan harga volatile food. Selain itu, curah hujan yang tinggi menyebabkan terhambatnya panen komoditas hortikultura, sedangkan kebijakan pemerintah untuk memotong pasokan ayam menyebabkan peningkatkan harga komoditas tersebut dan turunannya.

Bank Indonesia pun mengharapkan kenaikan harga yang berpotensi masih akan terjadi hingga akhir tahun nanti betul-betul dimanfaatkan oleh petani maupun peternak.

"Rendahnya tekanan inflasi ini merupakan dampak dari Covid-19 yang menyebabkan permintaan melemah. Tekanan inflasi yang rendah juga tidak terlepas dari penurunan aktivitas ekonomi sebagai konsekuensi dari pembatasan sosial," sebutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper