Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Okupansi Hotel di Bali Naik, Tapi Belum Signifikan Dukung Pariwisata

Peningkatan tingkat hunian kamar atau okupansi hotel di Bali selama Oktober 2020 dibandingkan bulan sebelumnya masih belum signifikan menumbuhkan pariwisata Bali.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, DENPASAR -- Peningkatan tingkat hunian kamar atau okupansi hotel di Bali selama Oktober 2020 dibandingkan bulan sebelumnya masih belum signifikan menumbuhkan pariwisata Bali.

Berdasarkan data BPS Bali, terjadi penurunan jumlah wisman secara bulanan pada Oktober 2020 sebesar minus 30,12 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Meskipun demikian, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang pada bulan Oktober 2020 tercatat sebesar 9,53 persen, naik 4,25 poin dibandingkan TPK bulan September 2020 (month to month/mtm) yang tercatat sebesar 5,28 persen. 

Rata-rata lama menginap tamu asing dan domestik pada hotel berbintang di Bali pada Oktober 2020 tercatat 2,19 hari, naik 0,32 poin dibandingkan dengan capaian September 2020 yang tercatat 1,87 hari. 

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menilai peningkatan okupansi hotel di Bali tidak mewakili kondisi riil pariwisata Bali yang terpukul pandemi. Pasalnya, kunjungan wisatawan mancengara sejak Maret 2020 nyaris tidak ada. Wisatawan mancenegara yang datang hanya yang terdampar di Bali karena kebijakan negara asal yang masih menerapkan lockdown.

Menurutnya warga negara asing yang datang ke Bali merupakan yang datang dengan tujuan bisnis bukan untuk berwisata. Apalagi, jumlahnya hanya beberapa orang saja.

Sementara itu, untuk wisatawan domestik, juga belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.

"Jadi kalau ada hotel yang okupansinya meningkat beberapa terakhir, itu tidak mewakili kondisi riil pada kawasan wisata tersebut, apalagi mewakili kondisi pariwisata di Bali," katanya kepada Bisnis, Rabu (2/12/2020).

Menurutnya, untuk manarik wisatawan domestik datang ke Bali, pihaknya saat ini berupaya untuk membangun kepercayaan pasar. Sementara itu, untuk wisatawan mancanegara, Bali menunggu kebijakan dari pemerintah pusat dengan memperhatikan kondisi riil di lapangan.

"Kami bangun kepercayaan bahwa Bali aman dikunjungi, memberikan paket-paket khusus, dengan harga yang relatif lebih murah dan menyelenggarakan event-event yang sesuai dengan keinginan pasar domestik," katanya.

Senada, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan kedatangan wisatawan domestik ke Bali yang sudah mulai menanjak hingga saat ini belum mampu menormalkan sektor tersebut. Pasalnya, dalam kondisi peak season, Bali biasanya dikunjungi 16.000 wisatawan domestik per hari dan 20.000 wisatawan mancangegara per hari.

Realisasinya, hingga November 2020, terdapat kunjungan 5.000 hingga 6.000 wisatawan domestik ke Bali. Pada akhir tahun nanti, kunjungannya diproyeksi mampu mencapai 10.000 wisatawan domestik.

Bali pun, lanjutnya, tidak bisa bergantung pada wisatawan mancanegara karena semua negara masih penutup akses warga negaranya untuk keluar negeri. Begitu juga dengan Indonesia yang belum menerima kunjungan wisatawan mancanegara.

"Bali masih fokuskan menerima kunjungan wisatawan domestik, mancanegara tidak ada lagi kecuali yang stranded atau memiliki visa essential business untuk kepentingan bisnis, jadi yang mengisi pariwisata hanya domestik saja," katanya.

Ketua Bali Hotel Association (BHA) I Made Ricky Darmika Putra mengatakan pelaku hotel di Bali rata-rata mengalami penurunan pendapatan sebesar 90% sampai dengan 95%. Meskipun terjadi penurunan biaya operasional, tetapi fix cost tetap harus dikeluarkan hotel seperti biaya listrik, dan air.

Pelaku hotel di Bali pun telah menurunkan harga kamar sebesar 30% sampai dengan 40%. Adanya sinyal peningkatan kunjungan wisatawan domestik pada libur akhir tahun nanti kemungkinan akan membuat pelaku hotel akan menaikkan harga kamar sebesar 10% hingga 15% dari sebelumnya.

"Kalau masih dibandingkan dengan tahun lalu harga kamar hotel berbintang di bali masih akan diskon, meski ada kenaikan dari harga sebelumnya," sebutnya.

Pada 2021 nanti, lanjutnya, pelaku pariwisata di Bali masih akan bergantung dengan keputusan pemerintah mengenai panyaluran vaksin dan pembukaan kembali wisatawan mancanegara. Selain itu, pariwisata di Bali juga masih sangat bergantung dengan kondisi negara asal wisatawan yang mulai mengijinkan warga negaranya untuk melakukan kunjungan wisata serta peningkatan kepercayaan diri masyarakat.

"Kami bergantung dengan empat hal kunci tersebut yakni dari vaksin, pembukaan international border, kepercayaan diri traveller, dan market seperti China, Australia, Eropa, atau negara-negara yang bisa berikan kunjungan ke warga negaranya," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper