Bisnis.com, DENPASAR -- Perekonomian Bali diproyeksi menuju normalisasi seiring dengan perolehan inflasi yang sebesar 0,22% secara bulanan (mtm).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, per kuartal III/2020, PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat senilai Rp55,37 triliun yang membuat perkonomian bali tumbuh sebesar 1,66 persen secara kuartalan.
Pengamat Ekonomi Universitas Udayana I Wayan Rahmanta mengatakan nilai inflasi yang menyentuh 0,22% merupakan normal inflation sehingga bisa diartikan ekonomi Bali bergerak ke arah normalisasi.
"Bali diproyeksikan mampu meningkatkan inflasi dengan posisi akhir tahun berada pada level 2% sampai 3%. Sektor makan minum masih akan menjadi pendorong inflasi yang disandingkan dengan PDRB, sehingga bisa menjadi acuan perekonomian Bali menuju normalisasi," katanya kepada Bisnis, Selasa (1/12/2020).
Dihubungi terpisah, Bank Indonesia Kantor Perwakilan wilayah Bali mulai mencermati kenaikan inflasi yang terjadi di Denpasar dengan tetap menjaga kecukupan pasokan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kantor Perwakilan wilayah Bali (KPwBI) Trisno Nugroho mengatakan peningkatan inflasi pada November 2020 bersumber dari kelompok volatile food.
"Hal ini terjadi karena mulai adanya sedikit peningkatan permintaan masyarakat, seiring dengan ekonomi yang mulai bergeliat. Meskipun, pertumbuhan ekonomi tersebut masih terbatas," katanya.
Menurut Trisno, upaya menjaga kecukupan pasokan yang dilakukan dengan koordinasi bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) menjadi langkah agar perbaikan perekonomian dapat dicapai dan kestabilan inflasi dapat dijaga sesuai sasaran.
"Kami mencermati kenaikan inflasi ini dan terus berkoordinasi dengan TPID untuk tetap menjaga kecukupan pasokan," ujarnya.