Bisnis.com, DENPASAR - Menjelang perayaan Hari Raya Suci Galungan dan Kuningan yang jatuh pada pertengahan September ini, harga babi di Bali mencapai Rp35.000/kg hingga Rp40.000/kg.
Ketua Gabungan Peternak Babi Indonesia (Gupbi) Bali Ketut Hari Suyasa mengatakan meski enam bulan sebelumnya harga babi dapat mencapai Rp10.000/kg akibat wabah penyakit yang mengakibatkan sejumlah babi di Bali mati. Namun seiring waktu, tiga bulan kemudian harga babi berangsur meningkat dan mencapai Rp16.000/kg.
"Saat ini karena menjelang hari raya keagamaan, harga babi hidup yang masih di kandang dapat mencapai Rp35.000/kg hingga Rp40.000/kg," tuturnya saat dihubungi oleh Bisnis, Rabu (9/9/2020).
Menurut Hari, stok babi di Pulau Dewata hanya tersisa sebanyak 10 persen dari 50 persen stok yang ada sebelumnya, yang di dominasi dari Kabupaten Bangli dan Karangasem. Meski demikian, pihaknya meyakini bahwa ketersediaan daging babi masih mencukupi untuk perayaan Hari Raya Suci Umat Hindu di Bali.
Lebih lanjut, dia menyampaikan adanya penurunan daya beli masyarakat Bali terhadap daging babi yang diakibatkan karena pandemi Covid-19. Sehingga masyarakat juga melakukan kegiatan upacara dengan lebih sederhana yang didukung oleh peraturan physical distancing oleh pemerintah setempat.
"Perayaan hari raya kali ini sebenarnya momennya pas, karena stok daging babi yang memang tidak banyak dan daya beli masyarakat menurun," ungkapnya.
Baca Juga
Dia turut berharap perayaan Galungan dan Kuningan kali ini menjadi rezeki bagi peternak yang sebelumnya mengalami kerugian dengan nilai cukup besar akibat wabah virus yang menimpa babi di sejumlah daerah di Bali.
Dari sisi lain, dia tidak menginginkan harga babi melambung atau melampaui Rp40.000/kg, hal ini untuk menjaga kepercayaan para konsumen.
"Saya pribadi ingin harga babi hanya berkisar antara Rp35.000-Rp45.000, hal ini karena melihat dari sisi konsumen dan peternak agar sama-sama baik," kata Hari.