Bisnis.com, DENPASAR - Penjualan rumah subsidi dan nonsubsidi di Bali mulai melambat sejak pertengah Maret 2020 lalu. Ini diperburuk dengan seretnya pencairan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) untuk konsumen.
Wakil Ketua Bidang Organisasi Keanggotaan dan Diklat DPD Realestat Indonesia (REI) Bali I Gede Sudiarta mengatakan stok rumah subsidi maupun nonsubsidi masing-masing jumlahnya mencapai 1.000 unit.
“Bulan lalu yang terjual hanya 1 atau 2 unit rumah tipe besar, kalau rumah tipe kecil dan sedang hanya 10 persen dari stok yang ada,” katanya kepada Bisnis, Kamis (28/5/2020).
Dia menyampaikan, kondisi ini sangat berat bagi pengusaha properti. Sebab mulai April 2020, sudah tidak mampu lagi membayar kredit kepada bank, sedangkan, hanya 50 persen pengusaha yang mendapatkan relaksasi.
“Padahal harapan kami terhadap pemberian relaksasi kredit ini sangat besar,” tuturnya.
Sementara itu, untuk menarik daya beli konsumen, pihaknya telah menawarkan diskon dengan target konsumen yang tidak terdampak Covid-19 dan memiliki keinginan membeli rumah seperti Pegawai Negeri Sipil.
“Hanya saja kendalanya saat peminjaman di Bank, selama April hingga Mei yang susah mengeluarkan kreditnya untuk KPR,” tambahnya.
Terhadap kondisi saat ini, menurutnya pada Triwulan II/2020 bisnis properti akan mengalami perkembangan yang tidak signifikan, terlebih belum adanya pembukaan pariwisata yang menjadi roda utama penggerak ekonomi Bali.
Terpisah, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (Kpw BI) Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda mengatakan pada Triwulan I/2020 harga properti di Kota Denpasar menunjukan pertumbuhan positif sebesar 0,13 persen dibandingkan periode sebelumnya (qtq).
Sedangkan sumber dari peningkatan harga properti ini berasal dari penjualan tipe rumah menengah yang meningkat tajam dan diikuti dengan penjualan tipe rumah kecil. Meskipun bertumbuh positif, namun terjadi perlambatan KPR yang diakibatkan oleh penyebaran Covid-19 dan berpengaruh langsung terhadap pendapatan masyarakat.
“Meski adanya pertumbuhan positif, namun terdapat pelambatan penjualan rumah kecil dan menengah,” tuturnya.
Di sisi lain, penurunan terjadi pada harga properti residensial di pasar sekunder. Pada Triwulan I/2020, harga rumah second turun 0,17 persen dibandingkan periode sebelumnya (qtq). Penurunan ini diiringi dengan menurunnya harga tanah di Denpasar sebesar 0,40 persen.