Bisnis.com, DENPASAR — Sejumlah pekerja pariwisata yang dirumahkan akibat Covid-19 di Bali memilih untuk beralih melakukan budi daya jamur tiram.
I Kadek Saputra petani jamur tiram asal Kabupaten Bangli mengatakan, selama satu bulan terakhir sudah ada 25 orang yang menghubunginya untuk memesan baglog atau media tumbuh jamur tiram, rata-rata dari mereka merupakan pekerja pariwisata yang dirumahkan oleh pihak hotel.
"Selain pemesanan baglog, ada juga yang memesan jamur segar untuk diolah menjadi cemilan kering yang kemudian dipasarkan kembali," katanya saat dihubungi oleh Bisnis, Rabu, (6/5/2020).
Pembuatan media tanam jamur tiram.
Saputra menuturkan, pada kondisi normal, hanya ada sekitar 5 orang yang berminat menjadi supplier jamur, namun akibat Covid-19 ini, banyak masyarakat yang berusaha mencari pekerjaan baru, salah satunya adalah menjalani bisnis jamur tiram.
"Setiap bulan kami membuat 5.000 baglog, ada yang digunakan sendiri, ada yang di beli orang lain untuk dibudidayakan kembali," tambahnya.
Untuk pembeli baglog, sambungnya, berasal dari berbagai Kabupaten di Bali, mulai dari Kabupaten Karangasem hingga Kabupaten Jembrana. Rata-rata pembelianpun beragam, yakni 25 sampai 800 buah baglog per orangnya.
Baca Juga
Di sisi lain, kondisi berbeda dirasakan oleh petani jamur tiram asal Kabupaten Karangasem I Gede Artha Sudiarsana. Dia menuturkan, meskipun omzet yang bisa diperolehnya dari budi daya jamur senilai Rp20 Juta hingga Rp30 Juta. Namun saat pandemi virus corona, dia mengalami permasalahan pemasaran akibat jam buka pasar yang mulai di batasi.
"Biasanya sehari panen 40-50 Kg, sekarang masih berkisar 30kg saja," tuturnya.
Untuk mensiasati kondisi ini, Gede mulai melakukan proses pasca panen jamur tiram dengan mengolahnya menjadi panganan siap saji seperti kripik, abon dan alohan kering lainnya untuk menambah daya simpan jamurnya tersebut.