Bisnis.com, DENPASAR - Menjelang masa panen raya bulan Juni, kakao fermentasi asal Jembrana Bali terancam tidak dapat diekspor ke kawasan Eropa dan Jepang akibat Pandemi Corona atau Covid-19.
Kakao fermentasi ini dikelola oleh Yayasan Kalimajari dan Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS) sejak tahun 2011, melalui program Kakao Lestari, yang merupakan program pemberdayaan petani melalui pelatihan dan pendampingan
Direktur Yayasan Kalimajari Agung Widi mengatakan, pada Juni mendatang petani akan melakukan proses panen raya, sehingga dari Agustus hingga Oktober pengiriman untuk ekspor ke Perancis, Jepang, Belgia dan Belanda sudah mulai dilakukan jika kondisi di kawasan tersebut tidak lagi menerapkan lockdown, yang mengakibatkan transportasi barang tertutup.
"Jika wabah ini berlangsung lama, kami khawatir pasar super premium kami di Eropa masih lockdown dan biji kakao kami tidak bisa diekspor," tuturnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (22/4/2020).
Untuk satu kali ekspor biji kakao fermentasi ke Perancis jumlahnya mencapai 12,5 ton atau 1 kontainer.
Sedangkan saat panen raya, pada 2016, petani kakao Jembrana dapat menghasilkan panen sebanyak 58 ton dan terakhir pada 2019 panen mencapai 48 ton.
"Tahun ini kami prediksi hasil panen kakao akan tinggi, melihat dari bakal buah yang tumbuh dan iklim yang mendukung, namun pasar masih belum stabil," tuturnya.
Kualitas kakao fermentasi yang diolah dari Koperasi KSS merupakan kualitas premium. Untuk di lokal Bali dan Jakarta, partner buyer dari Kalimajari merupakan produsen coklat premium, yang mendistribusikan sebagian besar produknya ke sektor pariwisata.