Bisnis.com, DENPASAR—Setahun pascapenyelenggaraan IMF-World Bank Annual Meeting, tingkat pertumbuhan ekonomi Bali justru mengalami perlambatan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat, sepanjang 2019, tingkat pertumbuhan ekonomi di destinasi wisata ini hanya mencapai 5,63%, lebih rendah dibandingkan dengan capaian 2018 yang sebesar 6,33%. Dari data yang dirangkum Bisnis, semua lapangan usaha mencatatkan pertumbuhan, kecuali kategori B yakni pertambangan dan penggalian tumbuh negatif, yakni -1,23%.
Adapun pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh kategori K yakni jasa Keuangan dan asuransi yang tumbuh 8,78%. Selanjutnya diikuti oleh kategori G meliputi perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor yang tercatat umbuh sebesar 7,43% dan kategori konstruksi sebesar 7,39%.
Kepala Kantor Perwakilan BI Bali Trisno Nugroho mengakui perlambatan kinerja ekonomi Bali terutama disebabkan oleh pengerjaan proyek konstruksi yang tidak semasif tahun 2018, seiring dengan adanya penyelenggaraan IMF-World Bank Annual Meeting 2018, sehingga menahan kinerja konstruksi dan investasi. Sejalan dengan itu, musim kemarau panjang di tahun 2019, berdampak terhadap tertahannya kinerja pertanian.
“Kunjungan wisatawan mancanegara yang melambat, akibat semakin kompetitifnya destinasi wisata dunia dan tertahannya kunjungan wisatawan domestik yang disebabkan tarif angkutan udara yang tinggi, menahan kinerja ekonomi Balinusra 2019,” jelasnya melalui keterangan tertulis, Kamis (5/2/2020).
Meskipun demikian, perlambatan yang lebih dalam dapat tertahan oleh meningkatnya realisasi belanja pemerintah, sehingga menahan perlambatan perekonomian melalui peningkatan komponen konsumsi pemerintah. Sejalan dengan itu, peningkatan gaji ASN dan peningkatan nilai nominal serta perluasan bansos nontunai di 2019 mendorong tumbuh tingginya kinerja konsumsi rumah tangga.
Dia menekankan pelaksanaan pemilihan umum juga berkontribusi terhadap meningkatnya kinerja industri pengolahan ditengah tertahannya kinerja ekspor akibat perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama Bali. Trisno menegaskan pihaknya akan terus memberikan perhatian penuh terhadap berbagai perkembangan makroekonomi, baik di tingkat regional maupun nasional serta perkembangan faktor eksternal khususnya yang beresiko memberikan dampak pada kinerja ekspor luar negeri.
“Bank Indonesia terus berupaya untuk memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi Bali dalam rangka mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Bali ke depan,” paparnya.