Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bali Larang Impor Bahan Baku dari Babi

Pemerintah Bali mulai menginstruksikan larangan impor semua bahan baku yang mengandung produk daging babi dari luar negeri khususnya negara yang terinfeksi virus flu Babi seperti Tiongkok.
I Wayan Mardiana, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali (kiri) ditemani Plt Dinas Pariwisata Putu Astawa menggelar konferensi pers di Ruang Rapat Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Jumat (27/12/2019), siang.
I Wayan Mardiana, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali (kiri) ditemani Plt Dinas Pariwisata Putu Astawa menggelar konferensi pers di Ruang Rapat Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Jumat (27/12/2019), siang.

Bisnis.com, DENPASAR—Pemerintah Bali mulai menginstruksikan larangan impor semua bahan baku yang mengandung produk daging babi dari luar negeri khususnya negara yang terinfeksi virus flu Babi seperti Tiongkok.

Larangan ini diberlakukan sejak awal Desember 2019 karena, penyebaran virus tersebut berpotensi mengancam industri peternakan Bali serta kelestarian budaya Bali.

Selain larangan impor, Pemprov Bali juga memusnahkan sisa-sisa makanan berbahan baku daging babi yang dibawa wisatawan asing maupun domestik.

Jumlah babi di Bali diperkirakan mencapai 890.000 ekor, jika 410.000 saja yang terjangkit virus, dengan asumsi harga Rp2 juta/Ekor maka kurang lebih Rp800 miliar kerugian ekonominya.

Adapun jumlah peternak babi di seluruh pulau Dewata diperkirakan sebanya 309 orang.

“Kerugian sistemik juga karena berdampak pada budaya makan daging babi guling misalnya. Jadi beternak bukan saja jadi mata pencaharian tapi melestarikan budaya," kata I Wayan Mardiana, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, di Ruang Rapat Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Jumat (27/12/2019).

Menurutnya, langkah-langkah preventif terus ditempuh pemprov Bali agar penyebaran virus berbahaya tersebut tidak sampai masuk Bali. Pihaknya juga telah melarang peternak babi menggunakan sisa makanan wisatawan sebagai bahan pakan ternak mereka.

Diakuinya, peternak selama ini menggunakan sisa makanan sebagai bahan baku bagi ternak babi karena dapat menekan biaya pengeluaran.

Jika membeli pakan jadi harganya Rp7.000/Kg sementara jika menggunakan sisa makanan itu mereka hanya membeli Rp3.000/Kg.

Dia mencontohkan ada pengusaha yang berupaya memasukkan bahan makan anjing tetapi ditolak, karena salah satu bahan bakunya dari daging babi.

Selain itu, pihaknya bekerja sama dengan petugas di bandara seperti balai karantina untuk mengawasi wisman dari China karena kecenderungan membawa makanan dari negaranya.

“Apalagi sudah ada 25 juta babi yang mati di Tiongkok. Begitu pun di Sumatera Utara yang saat ini sudah ada 5.000 ekor yang mati karena virus ini," jelas Mardiana didamping Plt Kadis Pariwisata Putu Astawa.

Selain di bandara, di pelabuhan juga diperketat khususnya kapal-kapal  laut agar tidak sampai berimbas ke daratan.

Timnya sudah berkoordinasi dengan pihak karantina selaku Border di pintu awal pelabuhan, baik bandara maupun laut, apabila ditemukan bahan pangan berasal dari babi maka sudah pasti akan dimusnahkan.

Mardiana dan tim juga telah memetakan 25 titik di Bali yang berisiko sangat tinggi terhadap penularan terhadap virus ASF di Bali.

Plt Dinas Pariwisata Putu Astawa mengatakan biosekuriti juga dilakukan oleh pemerintah Australia untuk mewaspadai virus tersebut masuk ke negeranya melalui daerah di Indonesia.

"Kami menyadari Australia kan memiliki peternakan yang besar jadi tentu mereka memiliki standar sekuriti termasuk di Indonesia. Kan kalau masuk Patogen ke sana tentu rugi mereka," kata Astawa.

Sementara jumlah wisatawan ke Bali saat ini masih terbilang stabil dan malah menunjukkan tren peningkatan. Dia mengungkapkan hal itu tidak terlalu mempengaruhi pariwisata dan kunjungan wisatawan.

"Pemenuhan daging babi di Bali relatif aman apalagi kami sudah swasembada. Apalagi dengan populasi 890.000 ekor sampai saat ini Bali juga surplus 400 ton pertahun," ungkap Astawa yang juga menjabat sebagai Kadis Perindustrian dan Perdagangan ini.

Bali sendiri merupakan salah satu penyumbang daging babi terbesar keempat selain Sumatera, NTT, dan Sulawesi Utara.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Busrah Ardans
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper