Bisnis.com, DENPASAR — Perang dagang Amerika dengan Cina tidak berdampak terhadap kunjungan wisatawan asal Cina ke pulau Bali.
Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan, selama ini turis dari kedua negara ini masih relatif tidak ada perubahan. Sampai saat ini wisman asal negara tirai bambu ini masih menempati posisi kedua setelah Australia sebagai negara terbanyak warganya yang datang ke Bali.
"Saya pikir tak berdampak bagi pariwisata Bali ya," ujarnya saat ditemui di Denpasar, Rabu (4/9/2019).
Adnyana menegaskan, justru saat ini masalah yang dihadapi para pelaku industri pariwisata Bali khususnya di sektor hotel dan restoran berada di antara ketegangan antara Indonesia dan uni Eropa terkait perselisihan perdagangan biodiesel yang membuat impor di dairyfood dan alkohol terpengaruh karena pajaknya meningkat signifikan.
Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana.
Baca Juga
Adnyana menjelaskan, selama ini kebutuhan dairyfood seperti susu, keju serta alkohol dipasok dari benua ini. Namun, semenjak belum adanya kepastian konflik perdagangan kedua negara tersebut selesai pihaknya mengalihkan pembelian kebutuhan kedua produk tersebut ke Australia dan New Zealand. Oleh sebab itu, dirinya berharap agar konflik perdagangan antara Indonesia dan uni Eropa segera berakhir.
"Untuk ini masih ada alternatif negara lain untuk bisa impor kebutuhan itu," tuturnya.
Bali tetap menjadi negara primadona bagi warga Cina untuk berlibur. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kantor Perwakilan Bali kunjungan wisatawan asal Cina menempati urutan kedua negara potensial masyarakatnya datang ke Bali.
Diketahui, kunjungan wisman ke Bali pada Juli 2019 tercatat mencapai 604.493 orang. Kondisi ini mengalami kenaikan sekitar 9,96% jika dibanding dengan bulan Juni 2019 (mtm). Dan bila dibandingkan Juni tahun 2018 year on year (yoy) kondisi tersebut mengalami penurunan sekitar -3,18%. Dari data tersebut, tingkat kunjungan Cina sekitar 18,53%.