Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Debit Embung di Kupang Berkurang 80 Persen

Embung tersebut juga sudah berubah warna karena sudah tak layak jadi dikonsumsi akibat sehari-hari menjadi lokasi kubangan ternak sapi.
Seorang warga mengambil air di embung yang sudah mulai menyusut airnya di kecamatan Alak Kota Kupang, NTT (2/9/2019). Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara II menyatakan bahwa hingga saat ini sejumlah embung di NTT terus mengalami penurunan debit air lebih dari 80 persen dampak dari kekeringan ekstrem di NTT yang telah meluas dari semula 13 wilayah menjadi 32 wilayah./Antara-Kornelis Kaha
Seorang warga mengambil air di embung yang sudah mulai menyusut airnya di kecamatan Alak Kota Kupang, NTT (2/9/2019). Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara II menyatakan bahwa hingga saat ini sejumlah embung di NTT terus mengalami penurunan debit air lebih dari 80 persen dampak dari kekeringan ekstrem di NTT yang telah meluas dari semula 13 wilayah menjadi 32 wilayah./Antara-Kornelis Kaha

Bisnis.com, KUPANG — Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara II melaporkan bahwa sebanyak 18 embung di kecamatan Alak Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, saat ini airnya semakin menipis akibat kekeringan ekstrim yang melanda daerah itu.

Kasatker Operasi Pemeliharaan Bendungan Tilong, Balai Sungai Nusa Tenggara II Bernadeta Tea di Kupang, Senin (2/9/2019), mengatakan salah satu embung yang terus mengalami penurunan debit air adalah embung Kiumese.

"Saat ini sisa air di embung itu hanya tersisa 35 meter kubik saja, dari total daya tampung 18.840 meter kubik," katanya.

Pantauan Antara air di embung tersebut juga sudah berubah warna karena sudah tak layak jadi dikonsumsi akibat sehari-hari menjadi lokasi kubangan ternak sapi.

Ia mengatakan saat ini di kecamatan Alak ada 18 embung, namun semuanya rata-rata mengalamai penurunan debit air sebesar 80 persen.

Bahkan beberapa embung diantaranya seperti Embung Kiubiblian, Bisita, Pohon Nitas dan Hoenebab juga hampir mengering.

Beberapa warga yang ditemui Antara saat meninjau salah satu bendungan bernama Nunusak di Kecamatan Alak mengatakan bahwa memang debit air semakin turun.

Louise Kufa seorang petani sayur-sayuran mengatakan ketinggian air di Embung Nunusak yang semula delapan meter kini tinggal empat meter saja.

Menurut dia, penurunan debit air tahun ini sangat cepat dibandingkan dengan tahun 2018. Ia pun mengkhawatirkan jika kemarau semakin panjang maka air di embung itu akan mengering.

"Di kecamatan Alak ini banyak sekali embung. Tapi semuanya hampir mengering karena kemarau," tutur dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler