Bisnis.com, JAKARTA - Penulis dongeng anak, penyair dan penulis naskah yang merupakan penduduk asli Australia Kirli Saunders berkunjung ke Bali pada Selasa (30/7/2019).
Kirli memiliki keinginan untuk mendorong minat baca anak-anak dengan melakukan kegiatan membaca cerita bersama para guru dan murid SD 5 Mengwitani, Kabupaten Badung.
Dia juga menggandeng Komunitas Mendongeng Bali untuk membacakan cerita bagi anak-anak Desa Guwang, Sukawati, Kabupaten Gianyar.
Selama masa kunjungannya di Bali, Kirli Saunders juga akan bertemu dengan beberapa penulis cerita anak di Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI) dan melakukan kegiatan membaca puisi bersama penyair Indonesia, Warih Wisatsana termasuk diskusi dan berbagi pengalaman tentang program belajar puisi.
Sebagai seorang perempuan Gunai yang bangga akan latar belakangnya, Kirli Saunders adalah pendiri program Poetry in First languages di red Room Poetry di Sysney.
Program ini mempromosikan puisi dalam bahasa Penduduk Asli Australia dan telah memberikan lokakarya kepada ribuan siswa dan anggota masyarakat di seluruh Australia.
Konsul-Jenderal Australia di Bali, Anthea Griffin mengatakan kunjungan Kirli Saunders menunjukkan komitmen Australia untuk mempromsikan hubungan antara komunitas sastra dan seni Australia-Indonesia.
“Program ini juga merayakan Tahun Bahasa Adat Internasional dan meningkatkan kesadaran akan peran penting bahasa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kita,” kata Ibu Griffin dalam keterangan pers.
“Memiliki keragaman bahasa merupakan persamaan Australia dan Indonesia. Saya sangat senang bahwa Kirli Saunders akan berbagi keahliannya tentang pelestarian bahasa dengan peserta di Bali.”
Kunjungan Kirli Saunders adalah bagian dari perayaan Pekan National Aborigines and Islanders Day of Observance Committee (NAIDOC) yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Indonesia, acara tahunan yang diadakan setiap bulan Juli ini bertujuan untuk menghormati sejarah, budaya serta prestasi masyarakat Aborigin dan penduduk Kepulauan Selat Tores.
Tahun 2019 telah dinyatakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai Tahun Bahasa Adat Internasional yang mengakui peran penting yang dimainkan oleh bahasa dalam bidang perlindungan hak asasi manusia, tata pemerintahan yang baik, pembinaan perdamaian, rekonsiliasi dan pembangunan berkelanjutan.