Bisnis.com, DENPASAR – Bali akan melakukan panen raya padi pada Maret dan April 2019 dengan prediksi total beras yang dihasilkan mencapai 133.008 ton.
Kepala Bidang Produksi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Bali I Wayan Sunarta mengatakan panen raya di Bali setiap tahunnya berlangsung normal, begitu juga pada 2019. Berbeda dengan panen raya di luar Bali yang kemungkinan mundur, Bali optimistis panen raya padi akan jatuh pada Maret dan April 2019.
“Bali normal panen raya Maret dan April karena sistem pengairan kita teratur kan ada subak,” katanya Senin (25/2/2019).
Dia menjelaskan, panen raya pada Maret dan April dipengaruhi oleh masa tanam pada Desember dan Januari. Adapun pada Desember 2018 lalu, petani telah menanam padi di lahan seluas 16.777 hektar are. Dari luas lahan tersebut, jika tidak ada gagal panen, maka produksi gabah yang dihasilkan mencapai 95.000 ton. Setelah dihitung dengan penyusutan, produksi beras yang mampu dihasilkan pada Maret 2019 adalah sebesar 60.800 ton.
Sementara, pada Januari 2018 lalu, petani juga telah melakukan penanaman padi di areal seluas 19.794 hektar are. Dari luas lahan tersebut akan dihasilkan 112.825 ton gabah. Berdasarkan penyusutan, beras yang dihasilkan akan mencapai 72.208 ton.
“Beras kita surplus, karena kebutuhan kan hanya 34.300 ton per bulan,” katanya.
Panen raya tahun ini pun diprediksi akan mempengaruhi harga gabah yang akan semakin menurun. Berdasarkan data 2018, pada Februari harga gabah akan cenderung tinggi bahkan mencapai Rp10,480 per kilogram. Namun, ketika panen raya, harga gabah pada Maret 2019 turun menjadi Rp10.186 per kilogram. Kondisi penurunan terjadi pada Agustus yang nilainya menyentuh Rp9.764 per kilogram.
“Harga akan cenderung turun karena demand dan supply, setiap tahun kondisi harganya selalu sama di Bali,” katanya.