Bisnis.com, DENPASAR — Gabungan Industri Pariwisata Indonesia memprediksi tingkat kunjungan wisatawan mancanegara asal China bakal kembali pulih pada Januari 2019.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengakui pelarangan paket wisata murah oleh pemerintah sudah diprediksi akan mengganggu kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) asal Negeri Panda ke Pulau Dewata.
“Pemerintah dan kalangan pelaku usaha pariwisata telah berupaya untuk melakukan promosi ke China untuk menambah kepercayaan pasar agar kembali ke Bali,” ujarnya, Kamis (20/12/2018).
Gus Agung mengungkapkan memang sempat terjadi penurunan tetapi kondisi itu diprediksi tidak akan berlangsung hingga 6 bulan seperti yang diperkirakan. Dia memperkirakan jumlah turis China bakal normal kembali pada Januari 2019, seperti sebelum pelarangan paket wisata murah diberlakukan dan penutupan toko-toko suvenir China di Bali.
Berdasarkan data Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, jumlah kedatangan wisman China adalah 75.810 orang pada November 2018 atau turun 10,29% secara year-on-year (yoy).
Selain menggencarkan upaya promosi, harga paket wisata dari China juga disebut berangsur membaik. Nilai paket wisata murah dari China ke Bali yang tadinya menyentuh Rp600.000 per orang, kini sudah naik menjadi Rp11 juta per orang.
Namun, besaran tersebut belum cukup membuat pelaku usaha wisata Bali berbahagia. Gus Agung menyatakan nilainya ditargetkan mencapai Rp20 juta per orang.
Belum lama ini, General Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi menuturkan terjadi peningkatan arus wisman melalui bandara tersebut sebesar 7,31% menjadi 5,62 juta orang selama periode Januari-November 2018. Wisatawan China mendominasi dengan 1,29 juta orang, disusul Australia dan India masing-masing 1,08 juta orang dan 322.327 orang.
Adapun sepuluh besar negara penyumbang wisatawan terbanyak pada November 2018 adalah Australia dengan 89.686 orang, China (75.810), India (29.027), Jepang (19.766), AS (19.301), Inggris (17.110), Malaysia (16.648), Korea Selatan (12.147), Jerman (10.567), dan Prancis 9.999 orang.