Bisnis.com, DENPASAR – Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar masih menemukan adanya kutu putih dan semut pada manggis dari pertanian Bali yang akan diekspor ke China.
Kepala Seksi Karantina Tumbuhan Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar Irsan Nuhantoro mengatakan ekspor manggis tahun ini mengikuti masa penen yang terjadi pada Januari 2018 hingga April 2018 dan September 2018 hingga Desember 2018.
Selama eskpor pada September 2018 hingga Oktober 2018 telah terjadi 287 frekuensi pemeriksaan. Dalam pemeriksaan tersebut, terdapat 5 hingga 6 frekuensi penemuan kutu putih dan semut pada manggis.
Kata dia, manggis yang telah ditemukan mengandung kutu putih dan semut tersebut telah dikembalikan ke packing house untuk dicek ulang kualitas dan mutunya.
Menurutnya, pemeriksaan mutu dan kualitas manggis yang diekspor tersebut sangat penting sebab akan mempengaruhi permintaan pasar China. Sebelumnya, pada 2013 hingga 2017, buah manggis Bali mengalami penundaan ekspor ke China karena ditemukan mengandung kutu putih dan semut.
“Kami menampingi eksportir untuk melakukan ekspor sesuai persyaratan negate tujuan agar kejadian pada tahun 2013 lalu tidak terulang,” katanya kepada Bisnis, Selasa (20/11/2018).
Kata dia, ekspor manggis sangat menguntungkan petani, sebab harga di petani mampu meningkat. Ketika Bali tidak melakukan eskpor selama lima tahun, harga manggis di petani sangat rendah bahkan menyentuh Rp5.000 per kg.
Sementara, dengan melakukan eskpor, harga manggis di tingkat petani mampu meningkat menjadi Rp30.000 per kg, sehingga mutu dan kualitas ekspor harus terus dijaga.
Saat ini, pasar ekspor terbesar manggis Bali adalah China. Pembeli dari China meminta beberapa persyaratan sebelum ekspor dilakukan. Persyaratan itu seperti manggis bebas dari kutu putih dan semut. Selain itu, manggis yang diekspor harus melalui packing house dan pertanian yang bersertifikasi.
“Kemarin itu sempat ada kasus pengepul yang meminta agar penjualan ekspor lebih mudah, kalau itu petani akan kita dengarkan,” katanya.
Untuk menjaga kualitas manggis yang diekspor, harus dimulai dari petani. Setiap petani diharapkan melakukan pembersihan manggis dari semut dna kutu putih sebelum dikirim ke packing house. Begitu juga, saat packing house, manggis akan kembali dibersihkan.
“Kita juga mengordinasikan kesegaran dengan membuat truk-truk pendingan dari packing house bisa masuk bandara sehingga kesegarannya tetap terjaga,” katanya.