Bisnis.com, MATARAM -- Peran "Inaq-Amaq", sebutan bagi ibu dan bapak di Lombok, di pasar dinilai cukup besar oleh Bank Indonesia.
Pasalnya, dari mereka lah informasi perkembangan harga komoditas diperoleh. Kemudian, informasi ini diolah menjadi sebuah sistem peringatan dini pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas harga komoditas di daerah.
Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyelenggarakan Temu Mitra responden survei yang merupakan pedagang pasar guna meningkatkan kualitas data untuk hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), dan SPH Mingguan.
BI melakukan kegiatan survei SPH PIHPS kepada para pedagang pasar di berbagai daerah yang dilakukan setiap hari dalam rangka memantau pergerakan harga kebutuhan pokok masyarakat.
Hasil pemantauan harga dimaksud sangat dibutuhkan dalam rangka penentuan kebijakan di daerah khususnya dalam pengendalian inflasi daerah yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Deputi Kepala Perwakilan BI NTB Wahyu Ari Wibowo berharap informasi yang diberikan dapat disampaikan dengan sejujur-jujurnya, sehingga data harga yang diperoleh dan diolah oleh BI berkualitas dan kebijakan yang diambil pada forum TPID tepat sasaran.
"Semoga informasi yang diberikan ini bisa apa adanya sehingga bisa dijadikan acuan untuk mengambil kebijakan oleh TPI," ujarnya di Mataram, Senin (19/11/2018).
Selain digunakan untuk kepentingan TPID, data PIHPS juga dipublikasikan melalui laman ww.hargapangan.id dan aplikasi pada Google Play dengan nama Harga Pangan (PIHPS Nasional).
Publikasi data tersebut diharapkan menjadi referensi para pedagang dan masyarakat umum sehingga asimetri informasi dapat dikurangi dan stabilitas harga komoditas dapat tercapai.