Bisnis.com, KUTA --Setiap pesawat kepala negara yang akan memasuki wilayah Indonesia untuk gelaran IMF-WB 2018 akan didampingi dua pesawat tempur guna memastikan keamanan dan keselamatan selama berada di wilayah udara Nusantara.
Komandan Lanud I Gusti Ngurah Rai Kolonel Pnb Wibowo Cahyono Soekadi mengatakan pesawat tempur tersebut akan mengiringi pesawat kepala negara maupun tamu VVIP pada radar tertentu sebelum akhirnya mendarat di Bandar Udara Ngurah Rai ,Bali.
Pesawat tempur yang dimaksud yakni pesawat sukhoi yang bermarkas di Makassar dan Pesawat Tempur F-16 yang bermarkas di Madiun.
Adapun sesuai rencana dan data sementara, akan ada 19 kepala negara yang hadir dalam gelaran IMF-WB 2018. Dari 19 yang hadir, hanya 11 kepala negara yang berencana akan datang membawa pesawat kenegaraan.
Lanud I Gusti Ngurah Rai sendiri difokuskan untuk memastikan keamanan dan kegiatan di sekitar Bandara Ngurah Rai. Keamanan itu mulai dari kedatangan hingga kepergian pergi delegasi maupun tamu VVIP dari Bali.
Bahkan, delegasi maupun kepala negara yang akan lepas landas dan meninggalkan Bali diusahakan tidak membutuhkan waktu lama.
Baca Juga
Kondisi ini menyebabkan akan adanya expected delay untuk penumpang umum sekitar 30 menit sebelum pesawat VVIP tersebut lepas landas dan 15 menit setelah lepas landas.
"Dia start langsung pergi, tidak boleh menunggu lama karena ini estetika," katanya, Jumat (5/10/2018).
Sementara, ada 12 parking stand yang khusus disiapkan untuk pesawat kenegaraan. Namun, saat ini yang dipastikan baru menggunakan pesawat kenagaraan sebanyak 11 kepala negara. Hampir semuanya menggunakan pesawat ukuran narrow body. Hanya pesawat kenegaraan Brunei Darusalam saja yang ukurannya wide body.
"Kita dikasi 12 parking stand, mudah-mudahan bisa, kalau gak cukup kita bisa lakukan di Bandara Lombok, Surabaya. Balikpapan, Makassar," katanya.
Sementara, sesampai di Bandara, kepala negara negara tersebut akan diiringi dengan pengamanan khusus. Untuk TNI Angkatan Udara sendiri akan mendampingi mobil kepala negara dan tamu VVIP dengan kendaraan taktis (rantis) yang fungsinya mampu melakukan gerakan cepat jika terjadi chaos. Rantis difungsikan sebagai keamanan ring 1.
Setelah itu, turun dari pesawat keamanan akan diserahkan ke paspamres yang melakukan pengawalan keamanan selanjutnya.
Kata dia, selain kepala negara, delegasi juga mendapat layanan keamanan. Hanya saja, tidak seketat yang didapat kepala negara. Nantinya, untuk delegasi akan mendapat penjagaan dari intel kepolisian namun tidak sedakat dan sekatat kepala negara.
"Kita lihat sih aman-aman saja antisapasi tetap harus ada, apalagi ini kepala negara, fokus utama kita memang ke VVIP. Mata dunia nanti melihat Indonesia, ibaratnya presiden jangan sampai digigit nyamuk," katanya, Jumat (5/10/2018).
Selain itu, TNI AU juga menyiagakan 20 heli yang siap melakukan mitigasi jika terjadi bencana.
Sementara, khusus untuk Presiden Indonesia, akan disiapkan 2 heli konjerat yang siap melakukan evakuasi. Pesawat hercules dan CN295 juga disiagakan untuk memberikan dukungan dalam melakukan evakuasi jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
Sementara, untuk pasukan, TNI AU menyiakan pasukan khusus yang bernama Paskas AU. Selain, TNI AD yang juga menyiapkan Kopasus dan TNI AL yang menyiapkan Denjaka.
"Pasukan sebagian besar sudah masuk [berada di Bali]," katanya.
TNI AU juga menyiagakan pesawat tanpa awak. Pesawat ini difungsikan sebagai pertahanan udara nasional untuk melakukan pengawasan keamanan.
"Ada juga anti drone yang dipasang di area Nusa Dua, hanya drone yang serial number terdaftar saja dapat terbang di area Nusa Dua," katanya.