Bisnis.com, SINGARAJA - Erupsi Gunung Agung dan sejumlah musibah yang terjadi memberikan dampak bagi kehidupan dunia. Doa menjadi jalan untuk mendaur ulang energi negatif menjadi energi penuh kedamaian.
Puluhan warga lintas agama melakukan meditasi dan doa bersama di Monumen Bajra Sandhi Denpasar, Senin, untuk kedamaian dunia pascaterjadi erupsi Gunung Agung di Karangasem, Bali, dan berbagai bencana di Tanah Air, seperti kapal tenggelam, banjir, kebakaran dan gempa.
"Fenomena alam yang terjadi beberapa waktu belakangan ini seperti erupsi gunung berapi, gempa bumi, banjir yang menimpa sejumlah wilayah di Tanah Air, termasuk di Bali sangat berdampak bagi kehidupan manusia," kata Ketua Panitia Doa Bersama, Made Mulia.
Doa dan meditasi bersama itu diawali dengan pembacaan doa lintas agama dan dilanjutkan dengan teknik meditasi untuk mendaur ulang energi negatif di sekitar menjadi energi penuh kedamaian dan cinta kasih.
Made Mulia mengatakan, kegiatan doa dan meditasi bersama itu dalam rangka menyebarkan energi cinta kasih dan kedamaian ke seluruh penjuru semesta serta mewujudkan kedamaian dunia.
"Apa yang terjadi pada alam akan mempengaruhi manusia dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, sebagai umat manusia, maka kita memegang peranan penting dalam menjaga kelestarian alam semesta beserta isinya," ujarnya.
Selain itu, perilaku merusak alam oleh manusia mengakibatkan berbagai dampak yang ditimbulkan akan direspons oleh alam yang disebut bencana alam.
"Keadaan itu harus kita perbaiki bila kita semua peduli dan sadar untuk memperbaiki prilaku kita terhadap sesama manusia, terhadap sesama mahluk hidup dan terhadap lingkungan sekitar kita," ujarnya.
Sementara itu, 4.894 orang sempat berada di posko pengungsi pascaerupsi Gunung Agung pada akhir Juni lalu dan juga erupsi strombolian (erupsi disertai lava pijar) pada 2 Juli lalu, namun pengungsi sudah ada yang kembali dan sebagian masih bertahan.
Pengungsi yang masih bertahan, antara lain dari Dusun Kesimpar, Desa Besakih, Kabupaten Karangasem, Bali yang berjumlah 205 orang. Mereka memilih tetap bertahan, karena wilayahnya masuh radius 4 kilometer dari Gunung Dewa itu.