Bisnis.com, KARANGASEM – Aktivitas kegempaan Gunung Agung di Bali relatif menurun apabila dilihat dari jumlah kegempaan yang terhitung sejak enam jam terakhir, kata Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana.
"Hal ini dapat diartikan aktivitas kegempaan Gunung Agung relatif rendah yang mengindikasikan pergerakan magma atau aliran magma ke permukaan lebih mendominasi dari pada kegempaan," ujar dia saat ditemui di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Kabupaten Karangasem, Jumat (6/7/2018).
Ia menerangkan untuk gempa vulkanik dangkal yang terekam dari seismograf terhitung satu kali, dengan amplitudo empat milimeter, dengan durasi 12 detik, sejak pukul 00.01 hingga 06.00 Wita.
Hal itu mengindikasikan masih ada pergerakan magma ke atas permukaan kawah, sehingga saat ini kondisi Gunung Agung masih rawan atau memungkinkan untuk erupsi.
"Namun, erupsi yang akan terjadi nanti diperkirakan tidak lebih besar dari skala erupsi yang terjadi seminggu terakhir," katanya.
Dari data satelit termal, aktivitas efusi Gunung Agung masih tetap terjadi meskipun dalam lajunya melambat.
"Hal ini terekam dari satelit termal atau hotspot yang mengindikasikan material panas di atas kawah masih ada," ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya belum bisa menyimpulkan bahwa di kawah Gunung Agung terjadi penyumbatan material panas, karena dari citra satelit terlihat bebatuan pijar mengeluarkan energi 14 megawatt, sehingga masih ada lava yang bergerak naik, meskipun lajunya melambat.
Ia mengimbau warga tidak beraktivitas di radius empat kilometer dari puncak gunung, karena diradius itu masih berpotensi terlanda material vulkanik jika terjadi erupsi.
Ia menegaskan saat ini kondisi pipa magma Gunung Agung sudah terbuka, artinya magma dapat mengalir lebih mudah ke permukaan kawah dari pada saat kondisi tertutup.
"Saat sistem tertutup ini, magma berusaha mencoba keluar dari dinding kawah, di mana tandanya terjadi puluhan ribu gempa vulkanik yang mengindikasikan bahwa gunung ini sedang mengarah erupsi," ujarnya.
Namun, katanya, dalam kondisi pipa magma sudah terbuka saat ini, maka data penunjang untuk menentukan erupsi tidak muncul lagi gempa vulkanik yang banyak.
"Kemarin saat terjadi erupsi dengan kolom abu setinggi 2.800 meter dari atas puncak kawah, kami tidak melihat adanya tanda-tanda gempa vulkanik, hal ini karena pipa magma sudah terbuka," ujarnya.
Dengan terbukanya pipa magma, katanya, relatif sulit bagi petugas untuk mengetahui pola sebelum terjadinya erupsi.