Bisnis.com, DENPASAR – Pengiriman produk manggis ke negeri China yang mulai lagi dilakukan Bali pada April 2018 lalu membawa angin segar bagi nilai ekpor pulau ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, lantaran ekspor manggis, nilai ekspor Bali secara year on year menunjukkan peningkatan sebesar 22,50% pada April 2018 dibanding periode sama tahun lalu. Presentase peningkatan ekspor tertinggi ini disebabkan oleh ekspor manggis yang dikirim ke Tiongkok dan Hongkong.
Adapun nilai ekspor barang Bali yang dikirim lewat beberapa pelabuhan di Indonesia pada April 2018 tercatat mencapai US$ 49.130.390.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali I Putu Astawa mengatakan buah manggis Bali memang digemari oleh masyarakat China. Sejak 2012 silam, komoditas manggis dari Bali dan Indonesia tidak bisa masuk langsung China karena larangan dari negara tersebut. Manggis asal Indonesia dinilai mengandung kutu dan semut sehingga tidak diizinkan masuk.
Kata dia, walaupun ekspor Manggis cukup diminati, namun sifatnya fluktuatif tiap bulan. Begitupula dengan pemenuhan produk yang tidak bisa dilakukan setiap bulan untuk kebutuhan ekspor.
“Memang, permintaan terus ada tetapi dinamika permintaan tidak monoton tiap bulan karena tidak terlepas dari kebutuhan,” katanya, Rabu (6/6/2018).
Menurutnya, lantaran hal itu, pihaknya pun mendorong ekspor produk-produk pertanian lain seperti Durian, Kopi, dan Salak. Apalagi, potensi produk pertanian terseut sangat besar dan cukup diminati.
Hanya saja, produk-produk pertanian tersebut masih sulit diterima pasar luar negeri terutama salak. Hal itu lantaran, masalah diplomasi dan kandungan kutu dan semut pada buah.
“Kendalanya memang masih diseputar hama dan penyakit,” katanya.