Bisnis.com, DENPASAR – Konsep One Island One Management hingga One Integrated Management mengemuka pada diskusi antara pelaku pariwisata di Bali bersama kedua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Bali.
Pengusaha di Pulau Dewata rupanya sangat tertarik dengan program masing-masing paslon mengenai industri pariwisata di Bali. Lantaran hal itu, mereka melakukan diskusi dengan dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Bali selama dua hari, yakni Sabtu (2/6/2018) hingga Minggu (3/6/2018). Diskusi dilakukan di Kantor Bali Tourism Board yang merupakan perhimpunan kesatuan industri di Pulau Dewata.
Diskusi ini membahas mengenai komitmen masing-masing pasangan calon mengenai kebijakan yang mendukung pariwisata. Seusai diskusi pula, masing-masing paslon melakukan penandatangan nota kesepahaman mengenai komitmen kolaborasi dengan pelaku pariwisata di Bali.
Pada hari pertama, yakni Sabtu (2/6/2018), giliran paslon nomor urut I yakni I Wayan Koster dan Tjokorda Artha Ardhana Sukawati yang melakukan diskusi. Menanggapi permasalahan pariwisata Bali yang kerap timpang hanya berpusat di satu wilayah mereka menghadirkan konsep one island management. Bagi mereka, selama ini pariwisata Bali terhalang oleh sokongan dana yang kurang memadai. Sehingga dengan one island one management, masing-masing daerah akan lebih mudah mengembangkan pariwisatanya, karena adanya satu kelola yang terpusat.
Selain masalah dana, pasangan ini juga menyoroti tidak adanya blue print mengenai keunggulan pariwisata pada masing-masing daerah di Bali. Mereka pun berjanji jika terpilih nanti akan membuat blue print mengenai keunggulan pariwisata masing-masing daerah.
Sebagai seorang praktisi langsung, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau yang akrab disapa Cok Ace menyatakan, wisatawan lebih memilih hotel-hotel di Nusa Dua untuk hunian selama di Bali. Menurutnya, dengan diangkatnya potensi daerah, maka penginapan-penginapan di luar Nusa Dua bisa meningkat okupansi.
“Provinsi tidak punya uang tetapi dengan pola one island one management saya yakin itu bisa, kita harus bikin blue print mengenai apa yang ada di masing-masing kabupaten,” katanya, Sabtu (2/6/2018).
Selain itu, Koster juga menyoroti kurangnya regulasi yang mendukung pariwisata di Bali. Sehingga pembuatan perda juga menjadi fokus mereka. Bahkan, dalam tahun pertama, dia berani menjamin akan membuat beberapa perda sekaligus untuk mendukung pariwisata.
Peaturan itu yakni mulai dari perda penggunaan aksara bali di fasilitas umum dan tempat publik, perda tentang desa adat, perda tentang standarisasi pariwisata, hingga perda yang menghubungkan pertanian, kebudayaan, dan pariwisata.
“Bisa dalam setahun [pembuatan perda] karena urusan legislasi saya gak ada yang bisa ngalahin,” katanya.
World Heritage City
Sementara, diskusi di hari kedua, yakni Minggu (3/6/2018) bersama paslon nomor dua yakni Ida Bagus Rai Mantra dengan Ketut Sudikerta juga tidak kalah menarik. Mereka berjanji akan berfokus pada pariwisata budaya, investasi teknologi untuk mendukung pariwisata, pembangunan infrastruktur, hingga menjadikan semua kabupaten di Bali sebagai bagian dari World Heritage City.
Kata dia, saat ini baru Denpasar dan Gianyar yang berpredikat world heritage city.
"Tetapi itu tergantung lagi entrepreneurship kita, pemerintah itu memfasilitas tapi bisnis harus ada entrepreneurship," katanya.
Selain itu, dia juga menyoroti masalah pemerataan ekonomi di masing-masing wilayah Bali. Baginya, semua daerah di Bali Utara maupun Timur tidak kalah berpotensi dibanding Bali Selatan. Hanya saja, hingga kini, masyarakat masih kurang kreatif dalam mengembangkan potensi yang ada.
"Kita juga perlu dukungan infrastruktur yang memadai untuk bisa dibangun di masing-masing wilayah," katanya.