Bisnis.com, DENPASAR – Asosiasi Pertekstilan di Bali mengeluhkan minimnya pameran dan promosi ke luar negeri yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penjualan mereka.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Bali Dolly Nasution mengaku saat ini penjualan industri garmen di Bali sedang stagnan bahkan cenderung menurun. Bahkan kondisi ini sudah terjadi sejak dua tahun belakangan.
Kata dia, ekspor industri garmen di Bali juga dihadapkan dengan munculnya pesaing baru yakni Vietnam dan Bangladesh.
Dua negara ini diakuinya sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat terkait ekspor industri garmen.
“Sekarang relatif stagnan malah cenderung turun,” katanya kepada Bisnis, Jumat (13/4/2018).
Data Bank Indonesia, pada Triwulan IV/2017, ada lima komoditas andalan utama ekspor barang luar negeri Bali yang dilihat dari nilainya yakni komoditas perikanan dengan pangsa mencapai 32,58% terhadap total nilai ekspor perhiasan sebesar 16,95%, pakaian jadi 15,09%, dan produk olahan kayu7,84%.
Dari lima komoditas ini, hampir seluruhnya mengalami perlambatan nilai ekspor kecuali perikanan.
Adapun perlambatan ini disebabkan oleh peningkatan persaingan pasar komoditas ekspor, masih lemahnya permintaan produk ekspor khususnya untuk pasar Eropa, menurunnya permintaan dari buyer di luar negeri, dan menurunnya pasokan bahan baku.
Amerika Serikat sendiri masih menjadi pangsa pasar utama produk garmen dari Bali dengan dengan presentase 23,51% dari total pengiriman. Selain Amerika Serikat, ada perancis dengan presentase 13,04%, Singapura 10,24%, dan Asutralia 7,83%.