Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Kecenderungan Wisatawan Eropa Minati Desa Wisata

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Mesakh Toy mengemukakan wisatawan mancanegara dari Eropa memiliki minat yang lebih besar mengunjungi desa-desa wisata di daerah itu.
Perajin menyelesaikan produksi tenun ikat khas pulau Rote di Kupang, NTT (6/3). Pelaku usaha tersebut menyatakan keuntungan penjualan tenun ikat asal NTT dalam sebulan bisa mencapai Rp50 juta./Antara-Kornelis Kaha
Perajin menyelesaikan produksi tenun ikat khas pulau Rote di Kupang, NTT (6/3). Pelaku usaha tersebut menyatakan keuntungan penjualan tenun ikat asal NTT dalam sebulan bisa mencapai Rp50 juta./Antara-Kornelis Kaha

Bisnis.com, KUPANG—Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Mesakh Toy mengemukakan wisatawan mancanegara dari Eropa memiliki minat yang lebih besar mengunjungi desa-desa wisata di daerah itu.

"Market utama desa wisata kita di NTT lebih banyak diminati turis mancanegara dari Eropa, misalnya dari 100 wisatawan yang kami layani lebih dari 60 persen di antaranya dari Eropa," kata Mesakh Toy di Kupang, Selasa (27/3/2018).

Ia menyebutkan sejumlah wisatawan mancanegara yang lebih dominan dilayani para pemandu wisata dari HPI NTT berasal dari negara-negara seperti Italia, Jerman, Belanda, Spanyol.

"Mereka meminati desa-desa wisata di provinsi ini karena keaslian budaya yang dipertahankan serta didukung alam yang masih natural," kata Mesakh.

Ia mencontohkan sejumlah desa adat di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Pulau Tumor, yaitu Fatumnasi, Benteng None dan Desa Boti.

"Di Fatumnasi, ada rumah adat obet bobo (rumah bulat) yang unik kemudian didukung pemandangan alam Pegunungan Mutis yang menambah daya tariknya," katanya.

Menurutnya, minat wisatawan asing berkunjung ke desa-desa wisata penting dipertahankan karena daya tarik yang ada sudah terbukti membuat wisatawan bisa berlama-lama berkunjung ke daerah itu.

"Ada wisatawan dari Eropa yang kami layani bisa sampai dua minggu di Pulau Timor, kemudian pindah ke desa wisata di Sabu, Rote, Alor dan lainnya," katanya.

Ia mengatakan keberadaan desa-desa wisata perlu diperkuat, tidak hanya pembangunan infrastruktur pendukung seperti akses jalan, jaringan telekomunikasi, namun yang lebih utama terkait kesiapan masyarakatnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Writer
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper