Bisnis.com, DENPASAR—Sebanyak 10 destinasi prioritas atau ‘Bali Baru’, khususnya 4 destinasi yakni, Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Borobudur akan dijadikan sebagai pilot project nomadic tourism.
Menurut Menpar Arief Yahya, nomadic tourism memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena treatment relatif mudah, sehingga idealnya para pelaku industri pariwisata mau mengembangkan bisnis ini, terutama untuk aksesibilitas dan amenitasnya karena konsep ini cepat memberikan keuntungan komersial. Nomadic tourism seperti glamp camp, home pod, dan caravan.
“Nomadic tourism sebagai solusi dalam mengatasi keterbasan unsur 3 A [atraksi, amenitas, dan aksesibilitas] khususnya untuk sarana amenitas atau akomodasi yang sifatnya bisa dipindah-pindah dan bentuknya bermacam-macam glamp camp, home pod, dan caravan, sedangkan sebagai aksesibilitasnya adalah sea plane dengan mudah membawa wisatawan dari pulau ke pulau, di Indonesia jumlah pulau mencapai 17.000 lebih,” ujarnya melalui siaran pers, Jumat (23/3/2028).
Seperti diketahui di era zaman now, jumlah backpacker di seluruh dunia mencapai 39,7 juta orang yang terbagi dalam 3 kelompok besar.
Pertama, flashpacker atau digital nomad memiliki potensi sekitar 5 juta orang yang menetap sementara di suatu destinasi sembari bekerja. Kedua adalah Glampacker atau milenial nomad mencapai 27 juta orang dengan mengembara di berbagai destinasi dunia yang instagramable.
Ketiga, luxpacker atau luxurious nomad sebanyak 7,7 juta orang lebih suka mengembara untuk melupakan hiruk-pikuk aktivitas dunia.
Menpar Arief Yahya menegaskan nomadic tourism dan digital destination sebagai strategi untuk merebut wisatawan mancanegara (wisman), dimana tahun ini mentargetkan 17 juta wisman dan akan meningkat menjadi 20 juta wisman pada 2019.
Dia menjelaskan bahwa destinasi digital adalah destinasi yang heboh di dunia maya, viral di media sosial, dan nge-hits di Instagram. Generasi milenial atau lebih populer Kids Zaman Now sering menyebut diferensiasi produk destinasi baru ini dengan istilah instagramable.
“Saya ingin tahun 2018 ini ada 100 Destinasi Digital di 34 provinsi di Tanah Air,” paparnya.
Dia mengatakan digital destination menjadi tuntutan di era digital, dimana generasi milenial atau Kids Zaman Now adalah sebagai konsumen yang paling haus akan pengalaman (experience) dibanding generasi-generasi sebelumnya.
Hasil survei di seluruh dunia (Everbrite-Harris Poll, 2014) membuktikan bahwa milenial lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk pengalaman (experience) ketimbang barang (material goods).