Bisnis.com, DENPASAR—Pemerintah Provinsi Bali akan membantu biaya pengembangan 56 unit Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) melalui APBD Induk 2018, yang diharapkan dapat semakin menarik minat generasi muda untuk mencintai pertanian.
"Rencananya kami alokasikan 60 'Simantri', namun karena empat tidak lulus verifikasi, jadi untuk anggaran induk dikembangkan 56 Simantri," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana, di Denpasar, Minggu (18/3/2018).
Sama dengan Simantri yang telah dibentuk pada 2017, anggaran yang dialokasikan untuk tahun ini masih sama sebesar Rp225 juta untuk setiap unit Simantri yang diterima oleh kelompok petani dalam bentuk hibah uang.
Tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dana tersebut dapat digunakan untuk pembelian 20 sapi, pembuatan kandang koloni, alat pengolahan digester biogas dan biourine, bangunan pengolahan kompos dan sebagainya.
"Untuk Simantri yang tidak lolos verifikasi itu umumnya karena terkendala persoalan lahan karena syarat luas lahan minimal tujuh are dan lokasinya tidak terlalu jauh maupun tidak terlalu dekat dengan permukiman warga," ujar Wisnuardhana.
Pihaknya tidak menampik jika realisasi terbentuknya Simantri sejak 2009 hingga akhir 2018 yang dibiayai Pemprov Bali menjadi sekitar 759 Simantri, atau belum sesuai dengan yang ditargetkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika sebanyak 1.000 Simantri.
"Tetapi jika ditambah dengan Simantri swadaya yakni yang direplikasi masyarakat, termasuk dikembangkan oleh beberapa kabupaten di Bali, maka kita sudah punya semacam Simantri ini sekitar 1.200 hingga akhir 2018." ucapnya.
Keberadaan Simantri, menurut Wisnuardhana, sudah sangat dirasakan oleh masyarakat seperti ketersediaan pupuk organik cair dan padat dalam jumlah yang cukup, yang tentu saja ini juga mendukung program "Bali Clean and Green" yang telah dicanangkan Pemprov Bali.
Lewat terbentuknya unit Simantri juga telah dikembangkan biogas sebagai energi baru dan terbarukan, sehingga petani menjadi tidak tergantung lagi dengan elpiji. Selain itu, dengan adanya Simantri sekaligus sebagai bentuk pelestarian plasma nutfah sapi Bali.
"Yang tidak kalah pentingnya adalah dengan adanya Simantri sekaligus untuk pengembangan kelembagaan petani. Sampai saat ini berarti lebih dari 703 kelompok petani telah dibina, sehingga kegiatannya menjadi lebih dinamis," kata Wisnuardhana.
Oleh karena itu, pihaknya mengharapkan program Simantri ke depannya dapat terus berlanjut, meskipun Gubernur Bali Made Mangku Pastika akan mengakhiri jabatannya akhir Agustus 2018.
"Harapan saya, setelah selesai kepemimpinan Bapak Gubernur agar program ini bisa berlanjut karena sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Bahkan proposal Simantri sudah menumpuk, masih banyak permohonan agar masyarakat dibantu dengan kegiatan Simantri yang belum bisa kami penuhi," katanya.
Simantri, tambah dia, di samping itu juga berhasil menarik minat generasi muda agar mau menekuni usaha pertanian. "Kalau kita lihat sekarang generasi muda mulai terlibat, termasuk kaum perempuannya kami latih membuat olahan dari bahan baku produk pertanian," ucapnya.