Bisnis.com, KUPANG—Bank Indonesia Perwakilan Wilayah Nusa Tenggara Timur menyatakan bahwa provinsi berbasis kepulauan itu sampai saat ini masih mendatangkan berbagai kebutuhan pokok dari perdagangan antardaerah di Indonesia.
"Memang sejauh ini pertumbuhan ekonomi di NTT tumbuh sangat bagus, namun untuk memenuhi kebutuhan di sini, NTT masih mengandalkan berbagai barang didatangkan dari Pulau Jawa dan sekitarnya," kata Kepala BI Perwakilan NTT Naek Tigor Sinaga di Kupang, Kamis (15/3/2018).
Hal ini disampaikan saat mengelar pertemuan dengan wartawan yang bertugas di BI dengan tema "Sasando Dia atau Sante-Sante Baomong Deng Media" di kantor BI perwakilan NTT.
Ia mengatakan total perdagangan NTT antardaerah pada tahun 2017 mencapai Rp52,5 triliun yang semuanya hampir berasal dari Pulau Jawa dan sekitarnya.
Berbagai kebutuhan ekonomi yang banyak mendatangkan dari luar NTT seperti terigu, bawang, telur, sayur-sayuran, wortel serta barang kebutuhan pokok lainnya, yang seharusnya bisa dikembangkan di NTT.
"Jika ini terus terjadi pertumbuhan ekonomi NTT tidak akan berkembang dengan pesat, karena peredaran uangnya keluar dari wilayah NTT," ujarnya.
Sementara itu analis BI NTT Effendi mengatakan jika berbicara soal net impor NTT pada tahun 2017 jumlahnya mengalami peningkatan yakni mencapai Rp46,1 triliun, dibandingkan tahun 2016 hanya mencapai Rp42,2 triliun.
Namun menurutnya sebuah net impor itu bisa positif jika pertumbuhan ekonomi lagi tumbuh. Tetapi bisa juga dikatakan positif jika sebagai bukti bahwa suatu daerah tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tetapi terus mendapatkan impor dari luar daerah di Indoensia.
"Net impor tidak mungkin dihindarkan dari daerah-daerah kecil seperti kita. Karena tidak mungkin kita mau buat baju, atau membuat kue dan pembangunan kita andalkan dari daerah kita," ujarnya.
Naek Tigor menambahkan agar bisa menumbuhkan perekonomian di NTT, provinsi yang terkenal dengan kawasan wisata Labuan Bajonya itu harus meningkatkan ekspornya sehingga bisa menutup atau memperkecil impor ke NTT.