Bisnis.com, DENPASAR—Majelis agama dan keagamaan di Bali memberikan seruan ke provider jasa seluler untuk mematikan data seluler atau akses internet selama perayaan Nyepi yang berlangsung dari Sabtu (17/3/2018) pukul 06.00 WITA sampai Minggu (18/3/2018) pukul 06.00 WITA.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali I Gusti Ngurah Sudana mengatakan seruan ini sudah disampaikan sejak 15 Februari 2018 ke Komisi Informasi DPR RI. Namun hingga saat ini belum didapatkan jawaban pasti mengenai seruan tersebut.
Jika nantinya tanggapan mengenai seruan itu sudah didapat, maka selanjutnya majelis keagaman di Bali bersama DPR RI akan mengajukan permohonan ke Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan pengusaha jasa provider.
Kata dia, seruan untuk mematikan akses internet di Bali selama Nyepi bertujuan untuk menyucikan hari besar umat Hindu di Pulau Dewata. Adapun salah satu pantangan yang harus dilalui selama Nyepi yakni "amati lelanguan" atau tidak boleh bersenang-senang ataupun menikmati hiburan.
Oleh karena itu, sejak 2006, selama perayaan Nyepi, tidak ada televisi maupun radio di Bali yang bersiaran. Pada Nyepi tahun ini, diupayakan pula agar tidak ada akses internet selama satu hari.
Selain itu, banyak beredarnya berita hoax selama tiap perayaan Nyepi juga menjadi pemicu seruan ini. Saat Nyepi tahun lalu, banyak beredar berita hoax di internet mengenai adanya pemukulan yang dilakukan pecalang saat umat beragama lain di Bali sedang beribadah.
"Kayak dulu setahun lalu misalnya pecalang dibilang mukul orang [agama lain] sembahyang sehingga menjadi provokasi, dengan hoax semacam itu sangat merugikan masyarakat Bali, padahal enggak ada pecalang memukul orang sembahyang setelah dicek kebenarannya," katanya kepada Bisnis, Rabu (7/3/2018).
Dia mengharapkan masyarakat Bali tidak salah paham dengan seruan ini. Sebab menurutnya, seruan ini justru bertujuan positif untuk menjaga kesucian Nyepi dan kerukunan antar umat.
"Memang banyak yang gak suka karena belum melihat secara mendalam," sebutnya.