Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur Mangku Menilai Bali Perlu Pembangkit Mandiri

Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan daerah setempat lebih baik memiliki sumber energi listrik yang mandiri, dibandingkan tergantung dengan proyek listrik Bali Crossing.
Petugas melintasi Kapal Pembangkit Listrik Marine Vessel Power Plant (MVPP) Karadeniz Powership Zeynep Sultan saat bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta./JIBI - Dwi Prasetya
Petugas melintasi Kapal Pembangkit Listrik Marine Vessel Power Plant (MVPP) Karadeniz Powership Zeynep Sultan saat bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta./JIBI - Dwi Prasetya

Bisnis.com, DENPASAR—Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan daerah setempat lebih baik memiliki sumber energi listrik yang mandiri, dibandingkan tergantung dengan proyek listrik "Bali Crossing".

"Bali harus mandiri energi. Memang Bali perlu listrik, tetapi kalau bisa yang mandiri. Kemungkinan untuk menghasilkan yang mandiri itu pilihannya pun saat ini sudah banyak," kata Pastika, di Denpasar, Kamis (18/1/2018).

Menurut dia, konsumsi listrik di Bali memang termasuk yang tertinggi di Indonesia, sehingga diperlukan cadangan listrik untuk mengantisipasi ketika ada perbaikan pembangkit listrik. Apalagi Bali sangat tergantung dari pariwisata.

"Sekarang sih relatif cukup, dari sekitar 1.200 MW kita punya listrik, yang terpakai baru sekitar 840 MW," ucap Pastika.

Orang nomor satu di Bali itu menyatakan sepakat dengan sikap dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali dan PHDI Kabupaten/Kota se-Bali yang menolak rencana "Bali Crossing".

Pastika berpandangan jika Bali harus menambah energi listrik yang dimiliki, seyogyanya yang dihasilkan secara mandiri di Bali. Terlebih saat ini semakin banyak teknologi baru yang bisa diterapkan dan ramah lingkungan, daripada memaksakan untuk membangun saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) di kawasan Pura Segara Rupek, Kabupaten Buleleng.

Meskipun rencana pembangunan tower akan dipindahkan lebih jauh dari kawasan pura, bagi Pastika, tetap saja tidak bisa digeser terlalu jauh. "Silakan saja PLN ngotot, tetapi kalau kita 'nggak' suka bagaimana," katanya.

Sementara itu, Ketua Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana I Made Sudarma berpandangan senada, menurut dia semestinya dicari dan dipikirkan opsi lain di luar SUTET.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Writer
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler