Bisnis.com, KUPANG—Stasiun Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (KIPM) Kelas I Kupang mencatat, jumlah ekspor komoditi ikan tuna loin dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ke sejumlah negara tujuan seperti Amerika, Jepang, dan mengalami penurunan selama dua tahun terakhir.
"Penurunan jumlah itu salah satunya akibat kondisi cuaca buruk dalam tahun 2017 yang membuat nelayan penangkap ikan tuna kesulitan melaut sehingga berdampak pada produktivitas," kata Stasiun KIPM Kelas I Kupang Edi Santoso di Kupang, Rabu (10/1/2018).
Data KIPM menunjukkan bahwa jumlah ekspor ikan tuna loin seperti ke Jepang mengalami sedikit penurunan dari tahun 2016 tercatat sebesar 38.014 kg menjadi 37.708 kg.
Sementara itu, tuna loin yang diekspor ke Amerika mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 2016 tercatat sebanyak 124,224 kg menjadi 36.300 kg pada 2017.
Selain itu, katanya, untuk ekspor ikan tuna ke negara tujuan lain seperti Filipina tidak dilakukan pada 2017 karena tidak ada permintaan yang masuk, meskipun pada tahun sebelumnya telah diekspor sebanyak 11.110 kg.
Edi mengatakan, meskipun ekspor tuna loin terutama ke Jepang dan Amerika mengalami penurunan namun ada juga permintaan yang masuk dari beberapa negara terutama untuk kebutuhan tuna loin beku yakni Hongkong dan Brunei Darusalam masing-masing, 8.489 kg dan 12.765 kg.
"Kedua negara tujuan Hongkong dan Burnei ini baru meminati tuna loin beku, meskipun pada tahun sebelumnya di 2016 tidak ada permintaan ekspor dari keduanya," katanya.
Ia mengatakan, secara keseluruhan jumlah komiditi hasil laut dari NTT yang diekspor dalam dua tahun terkahir tercatat mengalami penurunan yakni pada 2016 sebanyak 1.284.157 kg menjadi 698.560 kg.
Berbagai potensi hasil laut yang diekspor pada terutama pada 2017 seperti ikan kering, sardine, tuna, cakalang, tenggiri, anggoli, kakap, demersal, udang putih, dan ikan air tawar.
Dari semuannya itu, lanjut Edi, hasil laut yang lebih banyak diekspor yakni ikan kering ke negara tujuan Timor Leste yang tercatat mencapai 245.940 kg.
"Kalau kita lihat memang jumlah ekspor ini cenderung menurun karena kondisi cuaca buruk selama tahun 2017 selain itu juga sarana prasarana pendukung yang belum memadai di daerah potensial misalnya di Rote Ndao," katanya.