Bisnis.com, DENPASAR – Jumlah pengungsi dari Kabupaten Karangasem akibat peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung telah mencapai 104.673 orang yang tersebar di 9 kabupaten dan kota di Bali.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan penanganan bencana di Indonesia itu unik dan khas. Teori-teori penanggulangan bencana yang kebanyakan diadopsi dari Barat seperti yang ada di ‘text book’ seringkali tidak berlaku di Indonesia.
”Sesungguhnya Indonesia adalah laboratorium bencana dengan segala kekhasannya. Bukan super market bencana,” katanya melalui keterangan tertulis, Kamis (28/9/2017).
Sutopo mengatakan menangani pengungsi itu tidak mudah. Jalur kultural seringkali justru lebih efektif daripada melalui struktural. Begitu pula dalam menangani masyarakat yang harus mengungsi dari ancaman gunung meletus.
“Seringkali masyarakat sulit untuk dievakuasi dari tempat tinggalnya. Bahkan saat gunungnya sudah meletus pun, masyarakat tetap bertahan tidak mau dievakuasi dengan berbagai alasan,” ujarnya.
Dia lantas menceritakan saat erupsi Gunung Merapi pada Oktober-November 2010 silam, korban meninggal dunia mencapai 277 jiwa. Sebagian masyarakat yang tidak mau mengungsi karena menjaga sapi.
Sapi adalah aset berharga bagi masyarakat. Bahkan sapi telah menjadi bagian hidup dan kultur bagi masyarakat di sekitar gunung. Itulah yang menyebabkan sulitnya masyarakat tidak mau mengungsi.
Saat Gunung Agung naik status Awas, sebagian masyarakat tetap bertahan tidak mau mengungsi dengan alasan menjaga ternak, salah satunya sapi. Saat masyarakat sudah mengungsi pun, saat pagi-siang hari kembali ke rumahnya untuk menengok dan memenuhi kebutuhan pangan ternaknya, yang kemudian malam tidur di pengungsian.
Hingga Kamis (28/9) pagi, jumlah pengungsi tercatat 104.673 jiwa yang tersebar di 447 titik pengungsian di 9 kabupaten/kota di Provinsi Bali. Sebaran pengungsi adalah Kabupaten Badung 15 titik (5.879 jiwa), Bangli 30 titik (6.158 jiwa), Buleleng 26 titik (16.901 jiwa), dan Kota Denpasar 46 titik (10.051 jiwa).
Sedangkan pengungsi di Kabupaten Gianyar 13 titik (1.098 jiwa), Kabupaten Jembrana 29 titik (420 jiwa), Kabupaten Karangasem 100 titik (39.859 jiwa), Kabupaten Klungkung 162 titik (19.456 jiwa), dan Kabupaten Tabanan 26 titik (4.851 jiwa).
“Secara umum penanganan pengungsi berlangsung dengan baik. Stok logistik masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pengungsi,” kata Sutopo.