Bisnis.com, AMLAPURA—Jarak dan ruang kini bukan menjadi masalah lagi di era digitalisasi. Inilah yang mulai dibuktikan oleh Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Meskipun berada di daerah pelosok Bali, desa ini tidak mendapati kendala dalam hal administrasi kependudukan warganya di luar daerah berkat teknologi informasi.
Desa Baturinggit berjarak sekitar 2,5 jam berkendara dari Kota Denpasar. Lokasinya berada di sisi timur laut Provinsi Bali. Daerah ini memiliki objek wisata terkenal untuk lokasi penyelaman yakni Pantai Tulamben. Meski memiliki salah satu spot diving terbaik di Indonesia, banyak masyarakat setempat yang memilih merantau ke luar daerah seperti Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Tandus serta susahnya mendapatkan pekerjaan menjadi alasannya mereka mencari pekerjaan di luar daerah.
Situasi ini pula yang dialami oleh Desa Baturinggit. Dari sekitar 5.103 jiwa penduduk yang terdaftar, sekitar 70 persennya merantau ke ibu kota Bali dan daerah wisata di Bali bagian selatan. Mereka kebanyakan penduduk usia produktif dari 20-50 tahun. Mereka menekuni berbagai macam profesi seperti bekerja di sektor pariwisata, jasa transportasi, garmen, bengkel hingga berwirausaha.
Menurut kepala desa atau Perbekel Desa Baturinggit I Gede Putu Telantik situasi ini menimbulkan dilema. Pada satu sisi warga yang merantau tidak memiliki banyak waktu untuk pulang kampung. Namun, di sisi lainnya, warga tetap harus terlayani masalah administrasi. Saat itu solusinya, warga tetap harus pulang kampung menempuh jarak jauh untuk mengurus administrasi. Itupun kadang tidak maksimal karena pulang kampung tidak bisa lama.
“Mereka bisa pulang jika ada libur upacara keagamaan atau adat di desa, atau ketika libur nasional,” jelasnya kepada Bisnis, Minggu (7/10/2023).
Berangkat dari persoalan inilah, Putu Telantik mencari cara untuk tetap dapat melayani warga tanpa harus mengganggu aktivitas pekerjaan mereka di perantauan. Digitalisasi menjadi solusi dari permasalah tersebut. Sejak awal 2023, Desa Baturinggit mencoba memanfaatkan aplikasi Sistem Informasi dan Pelayanan Desa (Simpeldesa) dari Smart Village Nusantara (SVN) PT Telkom (Tbk).
Baca Juga
Aplikasi ini dibekali fasilitas pengurusan administrasi, pelayanan, dan ekonomi desa menjadi lebih sederhana dengan interaksi digital pemdes dengan warga. Simpeldesa menyediakan tiga layanan yakni layanan smart governance untuk pelayanan administrasi desa seperti pembuatan surat keterangan usaha, surat keterangan kawin dan lainnya yang menjadi wewenang desa. Kemudian smart society sebagai wadah informasi bagi masyarakat dan smart economy yang menyediakan layanan Bumdes, pembayaran kebutuhan dasar seperti listrik, air Pamsimas, PBB, hingga proses pengajuan simpan pinjam.
Saat ini pengoperasian sistem ini masih belum sempurna dan rencananya akan diluncurkan resmi pada 28 Oktober 2023 bertepatan dengan ulang tahun desa ke 32. Putu Telantik menjelaskan inisiatif penggunaan Simpeldesa sudah sejak awal 2023. Proses sosialisasi juga sudah dilaksanakan ke seluruh warga khususnya bagi warga yang diperantauan. Respon warga sepanjang sosialisasi sangat positif karena kehadiran Simpeldesa sangat membantu warga perantauan yang jauh berada di Kampung.
"Kami sangat mendorong penggunaan Simpeldesa karena 70 persen warga kami merantau, jika harus pulang mengurus administrasi di desa, itu kan membutuhkan waktu, biaya yang tidak sedikit. Jadi melalui Simpeldesa warga kami di perantauan bisa mengurus administrasi secara online," jelasnya.
Selain soal administrasi kependudukan, warga perantauan juga bisa membayar Pajak Bumi Bangunan (PBB) rumahnya yang ada di kampung melalui Simpeldesa, sehingga tidak perlu susah payah pulang kampung atau menitip dari orang lain. Menurutnya, Simpeldesa yang sudah terintegrasi dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sri Rejeki Sejahtera memudahkan warga membayar listrik, iuran air, hingga PBB. Aplikasi ini juga memudahkan bumdes dalam memantau pembayaran warga.
Karena itulah, desa yang berada di kaki Gunung Agung ini akan memanfaatkan layanan ini untuk mempromosikan produk desa seperti produk perikanan. Putu Telantik menjelaskan Desa Baturinggit memiliki produksi keramba yang besar dengan 5 rumpon yang sudah dikembangkan, 1 rumpon bisa menghasilkan 1 ton keramba. Selain Keramba, Baturinggit juga menghasilkan berbagai jenis ikan seperti tongkol, cakalang, dan lainnya.
Melalui Bumdes, nelayan akan difasilitasi freezer untuk mendinginkan ikan hasil tangkap dan budidaya. Adanya freezer diharapkan nelayan bisa menyimpan ikannya dalam jangka waktu lama atau ketika harga sedang anjlok, sehingga nelayan tidak mengalami kerugian dan mengurangi ketergantungan terhadap pengepul. Selama ini jika ikan tidak diambil oleh pengepul ikan akan membusuk.
Aplikasi ini juga akan dimanfaatkan oleh Pemdes untuk pengembangan desa wisata. Terutama wisata pesisir, Putu Telantik menyebut ada beberapa pantai yang bisa dikembangkan untuk wisata seperti pantai Pura Gerombong yang bisa yang memiliki alam bawah laut yang indah dan cocok untuk spot diving. Pemdes juga sedang mengembangkan spot foto di Pantai Gerombong dan Pantai Tukad Sayung.
Pengembangan pariwisata didukung letak desa berada di jalan utama Singaraja - Amlapura, 300 meter dari tepi pantai dan 12 km dari Gunung Agung. Lewat aplikasi tersebut pihaknya juga akan mempromosi destinasi pariwisata agar semakin banyak pengunjung. Promosi secara digital juga kami sudah promosi melalui media sosial," ujar Putu Telantik.
Jaringan internet yang menunjang pengembangan digitalisasi desa menurutnya sudah optimal karena didukung oleh Telkom. Bahkan jika berjalan lancar, kapasitas internet di Desa akan ditambah lagi.
"Kalau internet kami sudah bekerjasama dengan Telkom, sudah bagus dan tidak perlu diragukan," kata Putu Telantik.