Bisnis.com, DENPASAR - Penyaluran kredit bank umum dan Bank Perekonomian Rakyat (BPR) di Nusa Tenggara Barat (NTB) turun 2,22 persen (yoy) dengan nilai penyaluran Rp55,11 triliun hingga kuartal I/2023.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat realisasi penyaluran kredit di NTB jauh lebih rendah dibandingkan dengan penyaluran kredit nasional yang tumbuh 9,95 persen. Kepala OJK NTB Rico Rinaldy menjelaskan penyaluran kredit paling besar masih ke sektor bukan lapangan usaha dengan nilai Rp26,97 triliun atau tumbuh 48,88 persen.
Kemudian penyaluran ke sektor perdagangan besar dan eceran Rp11,54 triliun, pertambangan dan penggalian 6,03 triliun, sektor pertanian Rp4,8 triliun, dan konstruksi Rp1,3 triliun.
Jika dilihat dari jenis penggunaan, penyaluran kredit paling besar ke konsumsi dengan nilai Rp26,97 triliun. Kemudian modal kerja Rp22,43 triliun dan investasi Rp5,7 triliun.
Tertahannya laju pertumbuhan kredit NTB menurut OJK karena masyarakat lebih berhati-hati dalam mengajukan pembiayaan pada 2023. OJK juga mencatat pertumbuhan kredit di NTB sudah lebih dulu rebound dibanding nasional.
"Masyarakat lebih hati-hati mengajukan pembiayaan melihat perkembangan ekonomi daerah. Kalau dari sisi bank sebenarnya mengikuti permintaan kredit yang masuk," jelas Rico saat dikonfirmasi, Jumat (23/6/2023).
Penyaluran kredit terbesar dari ada di kota Mataram dengan nilai penyaluran Rp31,53 triliun, kemudian Sumbawa Rp5,7 triliun, Bima Rp5 triliun, Lombok Timur Rp3,8 triliun, dan Lombok Tengah Rp3,3 triliun. Aset perbankan di NTB pada kuartal I/2023 negatif 0,45 persen (yoy) dengan nilai aset Rp64,64 triliun.