Bisnis.com, DENPASAR – Pengiriman beras dari Nusa Tenggara Barat ke luar daerah hingga September 2022 mencapai 35.450 ton atau meningkat 5.200 ton jika dibandingkan pengiriman beras pada 2021 yang jumlahnya 30.250 ton.
Hingga September 2022 NTB telah mengirimkan beras ke Nusa Tenggara Timur (NTT) sejumlah 25.000 ton, kemudian Jakarta 8.000 ton, Kalimantan Barat 2.000 ton, Medan 6.000 ton. Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, Abdul Muis S Ali, menjelaskan pada pertengahan September 2022, Jakarta kembali meminta tambahan 10.000 ton, kemudian Medan dan Kalimantan Barat juga meminta tambahan 5.000 ton.
Menurut Muis, pengiriman beras keluar daerah sebagai kontribusi NTB sebagai lumbung beras nasional. NTB diketahui selalu surplus beras karena memiliki lahan tanam yang luas, dan mampu memenuhi kebutuhan beras dalam daerah. “Permintaan beras dari luar daerah terus bertambah pada 2022, kami tetap memenuhi permintaan tersebut,” jelas Muis dari keterangan tertulis, Rabu (21/9/2022).
Baca Juga
Selain menyalurkan beras ke luar daerah, Bulog NTB juga sudah menyerap Gabah Kering Giling (GKG) sejumlah 95.000 ton gabah kering giling atau setara 75.000 ton beras. Target Bulog hingga akhir 2022 mampu menyerap 115.000 ton beras. Target tersebut naik karena Bulog pada 2021 mampu menyerap 114.000 ton beras.
Tingginya permintaan beras dari luar daerah berdampak ke naiknya harga gabah di NTB. Harga gabah kering giling di tingkat petani Rp5800 per kg, sementara harga disiapkan oleh Bulog Rp5300 per kg sesuai dengan ketentuan pemerintah. Naiknya harga gabah kering giling menjadi tantangan Bulog NTB karena harus bersaing pengusaha dari luar daerah yang juga membeli gabah kering giling petani.
“Kami masih bisa membeli dengan harga fleksibel Rp5.600 per kg. Naiknya harga gabah kering giling ini menjadi tantangan kami, karena kami sudah ditargetkan tinggi untuk menyerap gabah petani,” Kata Muis. (C211)