Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sepuluh Dokter di Bali Meninggal Akibat Covid-19

Di Bali lebih banyak dokter laki-laki meninggal, ada dokter spesialis dan dokter umum.
Suasana pemakaman jenazah dengan protokol Covid-19. Dokumen./Antara
Suasana pemakaman jenazah dengan protokol Covid-19. Dokumen./Antara

Bisnis.com, MATARAM - Sebanyak 10 orang dokter di Bali meninggal akibat terpapar Covid-19 yang masih tinggi penyebarannya.

Data Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat sejumlah 10 orang dokter yang meninggal di Bali merupakan bagian dari 598 dokter yang meninggal akibat Covid-19 di seluruh Indonesia.

Ketua Pelaksana Harian Mitigasi IDI Mahesa Paranadipa menjelaskan hingga 3 Agustus 2021 dokter yang meninggal masih terjadi.

"Kematian tertinggi ada di bulan Juli 2021 dengan jumlah kematian 199 dokter, pada Agustus turun 7 orang. Kami terus melakukan pendataan dan verifikasi terhadap dokter dan tenaga kesehatan yang meninggal," jelas Mahesa melalui aplikasi zoom, Rabu (4/8/2021).

Mahesa menjelaskan dengan penerapan PPKM oleh pemerintah diharapkan bisa menurunkan angka kematian akibat pandemi baik bagi masyarakat maupun tenaga kesehatan. Kematian dokter secara nasional secara gender 84 persen atau 535 orang dari dokter laki-laki dan 16 persen atau 105 orang dokter perempuan.

Sementara itu, Ketua IDI Bali Gede Putera Suteja menjelaskan data di kematian di Bali dengan nasional sejalan. "Di Bali lebih banyak dokter laki-laki meninggal, ada dokter spesialis dan dokter umum," jelas Suteja.

Bali mengalami lonjakan kasus covid-19 di tengah penerapan PPKM level 4 di sembilan kabupaten kota. Hingga 4 Agustus jumlah kasus bertambah 1.362 orang, sembuh 1.075 orang dan meninggal 37 orang. Secara kumulatif jumlah kasus positif 81.279 orang, sembuh 65.379, kasus aktif 13.594 orang dan meninggal 2.309 orang.

Suteja menjelaskan ruang ICU dan suplai oksigen sangat terbatas di Bali sehingga dibutuhkan langkah nyata dalam penanganan Covid-19 agar dokter dan tenaga kesehatan lainnya tidak terus berjatuhan. "Suplai dan demand oksigen tidak seimbang, opsi membeli di luar daerah juga belum optimal," jelas Suteja.

Masalah lain melonjaknya kasus Covid-19 di Bali masih lemahnya tracing yang dilakukan oleh petugas, di Bali tracing terhadap satu pasien positif baru 5 orang kontak erat, padahal standar WHO harus sampai 30 orang.

"Masyarakat takut di tracing karena takut diisolasi, tempat isolasi jauh dari rumah, tidak bisa bekerja mencari nafkah, nah ini yang harus dicarikan solusinya misalnya isolasi berbasis banjar, dan pemerintah penuhi kebutuhan pasien isolasi," ujar Suteja.

Ketua IDI Denpasar I Ketut Widiyasa menjelaskan untuk membantu pasien isolasi mandiri dilakukan konsultasi melalui zoom dengan pasien isolasi mandiri. "Kami di Denpasar menjadwalkan zoom bagi pasien isolasi mandiri agar bisa berkonsiltasi langsung melalui zoom," jelas Widiyasa. (K48)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Harian Noris S.
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper