Bisnis.com, MATARAM - Otoritas Jasa Keuangan Nusa Tenggara Barat mendorong petani untuk memgembangkan porang secara terkoordinasi. Hal itu perlu dilakukan karena potensi ekspor porang yang besar hingga menembus 15 negara.
Pengembangan porang di NTB hingga saat ini masih belum terkoordinasi dengan baik walaupun sudah banyak petani atau masyarakat NTB yang mulai menanam porang.
Kepala OJK NTB Farid Faletehan menjelaskan perlunya porang di NTB terkoordinasi agar masuk dalam daftar pengahasil porang di Indonesia.
"Petani yang menanam porang di NTB sudah banyak, hanya belum terkoordinir. Mulai dari Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombuk Utara hingga Sumbawa banyak yang menanam tapi hanya bergerak sendiri. Bahkan di KLU ada 300 hektar porang ditanam di bawah pohon, itu petani binaan," jelas Farid, Minggu (23/5/2021).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat daerah penghasil porang yang berhasil ekspor di Indonesia tercatat 15 provinsi mulai dari yang terbesar Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatea Utara, Sumatra Selatan, Jakarta, Bali, Riau, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Banten, Aceh, Kepulauan Riau, Yogyakarta, dan Kalimantan Utara.
NTB sendiri belum termasuk daerah pengekspor porang walaupun sudah banyak petani yang mengembangkan porang.
Farid menilai NTB harus memulai pengembangan porang secara terkoordinasi dengan baik agar menjadi potensi ekonomi baru bagi petani dan daerah.
"Porang cocok ditanam dimana saja di NTB, di Lombok Utara yang ketinggiannya hanya 30 MDPL ternyata hasilnya bagus," ujar Farid.
Nilai ekspor porang ke 15 negara paling tinggi ke China dengan nilai ekspor US$ 1,5 juta hingga Februari 2021. Disusul ekspor ke Thailand US$ 417.630, Malaysia US$ 151.740, Vietnam US$ 345,23.