Bisnis.com, DENPASAR – Pelaku industri ritel di Provinsi Bali lebih berhati-hati mengambil keputusan dalam menyambut hari raya Imlek 2021 karena adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang berpengaruh pada daya beli konsumen.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali AAG Agra Putra Aprindo mengatakan pada perayaan Imlek tahun ini pelaku usaha tetap berharap ada peningkatan 5 persen penjualan dari minggu sebelumnya.
Kendati demikian, harapan tersebut masih dirasa berat karena etnis Tionghoa tidak sampai 1 persen dari total penduduk Bali dan kebijakan PPKM saat ini membatasi mobilitas masyarakat.
"Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, diprediksi angkatnya pasti jauh di bawah," tuturnya saat dihubungi Bisnis, Senin, (8/2/2021)
Selain itu, lanjutnya, kebijakan yang terkesan sering mendadak dari pemerintah membuat prediksi pelaku usaha sering meleset. Dengan demikian, industri ritel memilih waspada dalam mengambil langkah atau keputusan.
Agra menjelaskan dalam kondisi normal, stok barang yang berkaitan dengan Imlek sudah disiapkan minimal h-7 dan persiapan lainnya sudah 1 bulan sebelumnya.
"Pada kondisi saat ini hal tersebut tidak bisa diperkirakan, kapan harus melakukan stok barang," tambahnya.
Adapun sebelum pandemi, bisnis ritel mampu memperoleh 10 persen peningkatan saat Imlek dibandingkan hari-hari biasanya. Sebaliknya, saat ini pihaknya fokus pada efisiensi di semua lini dan lebih selektif dan efektif dalam melakukan investasi atau pengadaan barang dagangan.
"Meskipun barang kami siapkan, secara jenis atau varian dan kuantitasnya terbatas. Tidak sebanyak biasanya atau kondisi normal," jelas Agra.