Bisnis.com, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun ini menargetkan realisasi investasi bisa mencapai Rp13 triliun atau tumbuh dibandingkan realisasi 2020 yakni Rp11,6 triliun.
Gubernur NTB Zulkieflimansyah saat mengunjungi pengusaha Jatim mengatakan untuk mencapai target tersebut pihaknya akan lebih mengutamakan kualitas layanan perizinan, termasuk melakukan kegiatan roadshow ke pengusaha berbagai daerah termasuk dari Jatim.
“Investasi ini bukan soal angka saja tetapi juga kehangatan hubungan persahabatan dengan daerah-daerah lain. Lalu investasi yang berkualitas juga yang dimaksud adalah ikut mengembangkan kemampuan lokal,” katanya seusai paparan potensi investasi NTB kepada pengusaha yang tergabung dalam Yayasan Surabaya Peduli Bangsa, Selasa (2/2/2021).
Dia memaparkan tahun lalu realisasi investasi mampu melebihi target Nasional yang ditetapkan yakni hanya sekitar triliun. Investasi sebanyak 55 persen disumbang oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan sisanya oleh Penanaman Modal Asing (PMA).
Dari realisasi tersebut kebanyakan bergerak di sektor pertambangan karena masuknya PT Newmont Nusa Tenggara, disusul perhubungan, energi dan pariwisata. Ke depan, katanya, NTB akan mendorong potensi investasi bidang industrialisasi atau hilirisasi.
“Program 5 tahun kita di NTB selain wisata, dan peternakan, juga industrialisasi yang semua sektor ini nantinya punya keterikatan dalam satu sistem,” kata Asisten II Pemprov NTB, Ridwan Syah.
Sejumlah potensi industrialisasi yang bisa digarap investor adalah pengembangan pabrik pengolahan hasil agro seperti pakan ternak dari jagung, dan industri garam, dan pengolahan daging sapi potong.
“Kenapa jagung? karena produksi jagung di NTB adalah yang terbesar ke-3 di Indonesia sekitar 2 juta ton pada 2019. Namun masalahnya kami belum memaksimalkan pemanfaatannya, selama ini panen jagung hanya dikirim mentah, sementara kita butuh pakan ternak sehingga kami mengarahkan ada industri yang bangun pabrik pakan ternak di sana,” ujarnya.
Ridwan menambahkan industri pengolahan lain adalah dari hasil perikanan tangkap yang selama ini produksinya mencapai 185.000 ton dengan luas areal penangkapan 29.159 km2.
“Semua sektor yang kami tawarkan ini tentunya mendukung pengembangan pariwisata di Mandalika ke depan, salah satunya membutuhkan konsumsi daging,” imbuhnya.
Sekretaris Umum Yayasan Surabaya Peduli Bangsa, Eddy Widjanarko menambahkan sebagai pengusaha di Jatim pihaknya melihat ada potensi investasi di Lombok apalagi pemerintah pusat tengah gencar dan berkomitmen untuk menjadikan Mandalika sebagai salah satu icon pariwisata Internasional.
“Pengusaha berharap dengan peluang yang ditawarkan, pemerintah daerahnya mau memberikan fasilitas dan kemudahan izin kepada pengusaha karena itu yang paling utama dalam berinvestasi,” ujar Eddy yang juga Ketua Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (Forkas) Jatim.