Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penerbangan ke Luar Negeri Nihil, Ekspor Tuna Segar Merosot

Selama pandemi, tidak ada penerbangan langsung dari Bali menuju negara luar negeri sehingga potensi pengiriman tuna segar.
Daging ikan tuna/Istimewa
Daging ikan tuna/Istimewa

Bisnis.com, DENPASAR -- Bali mengekspor komoditas tuna beku karena keterbatasan penerbangan langsung menuju negara tujuan. Kondisi ini pun membuat nilai ekspor tuna menurun karena tuna beku memiliki nilai yang lebih rendah daripada tuna segar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Bali, nilai ekspor Bali pada November 2020 turun 18,12 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (i/y-o-y). Secara kumulatif, nilai ekspor barang Bali periode Januari-November 2020 tercatat sebesar US$414,38 juta, atau turun 24,08 persen y-o-y.

Ikan dan udang masih menjadi komoditas dengan pangsa ekspor terbesar di Bali yakni sebesar 29,15 persen pada November 2020. Meskipun masih tinggi, nilai terpantau menurun 17,61 persen y-o-y pada November 2020.

Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali menunjukkan nilai ekspor ikan tuna pada 2019 mencapai US$66,12 juta. Sementara itu, realisasi ekspor tuna selama Januari-November 2020 baru mencapai US$48,55 juta atau baru mencapai 73,42 persen dari realisasi kumulatif tahun lalu.

Secara rinci, selama Januari-November 2020, sebagian besar komoditas ekspor tuna Bali adalah tuna beku dengan volume 5.275 ton sedangkan tuna segar 2.379 ton. Nilai ekspor tuna beku mencapai US$35,7 juta dan tuna segar US$12,86 juta.

Kabid Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Ni Wayan Lestari mengatakan pengiriman tuna segar harus dilakukan melalui udara untuk menjaga kualitasnya. Hanya saja, selama pandemi Covid-19, tidak ada penerbangan langsung dari Bali menuju negara tujuan sehingga potensi pengiriman tuna segar melalui bandara di Pulau Dewata menjadi terhambat.

Lebih lanjut, Lestari mengaku telah mendiskusikan masalah ini dengan sejumlah eksportir tuna. Opsi untuk menyewa pesawat charter untuk mengangkut tuna segar pun tidak menjadi pilihan yang menguntungkan karena biaya yang tinggi.

"Kami sudah rapatkan dengan eksportir, charter pun gak bisa, karena pesawat yang balik tidak mau rugi, harus mendapatkan penumpang, sehingga opsi ini juga gak masuk," katanya kepada Bisnis, Rabu (6/1/2021).

Meskipun demikian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bali, masih berharap besar pada penanganan pandemi pada tahun ini. Jika pandemi Covid-19 bisa segera diatasi, pada 2021 ekspor tuna pun dinilai akan naik karena ketersediaan transportasi udara yang lebih memadai.

"Dulu tuna segar banyak kita ekspor karena transportasi lancar, sehingga nilai ekspor kita juga naik," katanya.

Sekjen Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Bali Bali Nyoman Sudarta mengatakan pihaknya selama 2020 memang lebih dominan mengekspor tuna beku ketimbang tuna segar. Kondisi ini pun dinilai belum menghasilkan solusi yang mampu menguntungkan eksportir.

Bahkan, pihaknya mengaku telah berupaya agar penerbangan langsung untuk kegiatan ekspor ke negara tujuan dapat diberikan kemudahan. ATLI pun mengaku sudah berulang kali mengusulkan adanya penerbangan langsung untuk mengangkut komoditas ekspor dari Bali.

"Belum ada solusi niki, [penerbangan langsung] sudah berulang-ulang diusulkan. Kami tetap bisa ekspor tuna segar [sepanjang 2020] tetapi jumlahnya hanya kecil saja," sebutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper