Bisnis.com, DENPASAR - Petani cengkeh di Kabupaten Buleleng Bali menjerit akibat imbas dari pandemi Covid-19 sebab terkendala pada minimnya penyerapan pasar saat panen raya yang dimulai pada Agustus 2020.
Arya Dana, Petani Cengkeh asal Buleleng, mengungkapkan saat ini harga jual cengkeh kering dapat mencapai Rp52.000 dari musim panen sebelumnya senilai Rp100.000. Penurunan harga ini semakin berat dirasakan oleh petani karena tengkulak juga tidak banyak yang datang untuk membeli cengkeh secara langsung.
"Saat ini petani harus memetik sendiri cengkehnya dengan sistem upah kepada buruh harian, sehingga semakin memangkas pendapatan," tuturnya saat dihubungi oleh Bisnis, Kamis, (3/8/2020).
Menurut Arya, dalam satu pohon cengkeh yang sudah berumur puluhan tahun dapat menghasilkan cengkeh basah seberat 50 kg. Dengan perbandingan 3 kg cengkeh basah dapat menghasilkan 1 kg cengkeh kering.
"Jika petani menjual cengkeh basah, harganya sangat rendah. Bisa-bisa tidak menutupi upah buruh," jelasnya.
Buleleng merupakan daerah sebagai sentra cengkeh di Pulau Dewata dengan jumlah petani sebanyak 11.461 orang dan luas lahan mencapai 8.086 Ha.
Penurunan harga cengkeh, sambung Arya turut berimbas juga pada perputaran ekonomi di daerah Kota. Sebab setelah panen raya, petani cengkeh akan berbondong-bondong pergi ke pertokoan untuk membeli barang elektronik dan kendaraan. Namun, Arya menuturkan hal tersebut tidak lagi terjadi pada musim panen tahun ini.
"Petani sudah banyak mengeluh, rasanya untuk bisa menutupi ongkos panen sudah bersyukur," ungkapnya.
Senada dengan Arya, Budi Sastrawan Petani Cengkeh asal Desa Busungbiu Buleleng turut mengaku kesulitan mencari buruh cengkeh akibat paraturan yang dikeluarkan oleh aparat desa untuk melarang warganya beraktivitas diluar rumah akibat Covid-19.
"Selain upah buruh yang masih mahal, kami di petani juga kesulitan mencari tenaga untuk membantu proses panen," kata Budi.