Bisnis.com, DENPASAR - Sejak diterapkannya tatanan kehidupan normal baru Covid-19, di Provinsi Bali, sejumlah perusahaan ritel mengalami pertumbuhan hingga hingga 9 persen.
Wakil Ketua Bidang Organisasi Aprindo AAG Agra Putra mengatakan peningkatan ini mulai pada Agustus 2020. Pada area perkotaan khususnya di Kota Denpasar. Menurutnya, hal ini dipicu karena aktivitas masyarakat di kota lebih tinggi dibandingkan pedesaaan.
Disamping karena Denpasar juga merupakan pusat pemerintahan, di mana banyak pegawai negeri sipil, yang secara pendapatan mereka tetap, dan mall juga sudah mulai dibuka, dengan jam operasional dibeberapa lokasi sudah mulai normal.
"Wajar saja perekonomian di pusat kota lebih dahulu pulih, karena notabene aktivitas masyarakatnya lebih tinggi," tuturnya saat dihubungi oleh Bisnis, Selasa, (1/9/2020).
Namun, Agra belum dapat memastikan peningkatan tersebut bersumber dari komuditas perdagangan pada sektor tertentu, karena sejuah ini belum dilakukan pencatatan terkait penjualan pada masing-masing sektor.
Sementara itu, lanjutnya, untuk di area pariwisata cenderung mengalami penurunan. Hal ini ditengarai karena faktor daya beli yg turun akibat dari berkurangnya pendapatan, sehingga masyarakat membatasi konsumsinya.
Putra mengungkapkan, meskipun terdapat peningkatan daya beli masyarakat, belum begitu signifikan dirasakan oleh industri, sehingga stimulus yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat dirasa akan mampu mendorong pertumbuhan industri ritel di Pulau Dewata.
"Stimulus ini sebagai salah satu instrumen yang bisa dilakukan untuk meningkatkan daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat," tuturnya.
Yang dimaksud stimulus di antaranya pemberian Bantuan Subsidi Upah (BSU) senilai Rp600.000 kepada karyawan yang memiliki penghasilan dibawah Rp5 juta, yang diberikan selama 4 kali.