Bisnis.com, DENPASAR — Bank Indonesia menilai QRIS atau Quick Response Indonesian Standard bisa menjadi salah satu cara menuju ekonomi inklusif.
Transaksi dengan QRIS dapat membangun kredit profile dikarenakan transaksi akan terekam dan akan bersumbangsih pada kredit scoring sehingga lebih mudah mendapat pembiayaan dari bank maupun nonbank untuk modal kerja.
Asisten Gubernur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran/DKSP, Filianingsih Hendarta menegaskan, BI menginginkan masyarakat bukan hanya mempunyai rekening dan alat pembayaran tetapi juga mempunyai akses formal yang sustainable terhadap sektor keuangan.
“Jumlah unbank people atau jumlah penduduk Indonesia yang belum memiliki rekening atau belum berhubungan dengan sektor keuangan ada 91 juta. Sementara UMKM punya potensi 62 juta,” ujarnya di Denpasar, Bali, Kamis (27/2/2020).
Hal ini dinilai sebagai upaya digitalisasi sistem pembayaran di Denpasar, Bali. Bank Indonesia menilai digitalisasi perekonomian telah mengubah fungsi konvensional sektor keuangan. Dengan QRIS hanya perlu satu QR bisa dibaca oleh semua bank ataupun nonbank Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) yang sudah mendapatkan izin QRIS. QRIS menghubungkan semua PJSP baik bank maupun nonbank.
“Punya rekening saja tidak cukup, menggunakan alat pembayaran saja tidak cukup. Tetapi kita ingin penduduk mempunyai akses secara formal kepada lembaga keuangan, pasar keuangan, dan pasar barang,” lanjutnya.
Baca Juga
Dari 34 provinsi di Indonesia, Bali berada pada posisi 9 dengan 60.000 merchant yang telah menggunakan QRIS. BI optimistis peringkat Bali akan meningkat dikarenakan terdapat 60 persen penduduk Bali merupakan milenial yang lebih cenderung melakukan transaksi secara digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel