Bisnis.com, MATARAM - Nelayan di Mataram, Nusa Tenggara Barat hari ini, Kamis (20/2/2020), tidak melaut karena terjadi gelombang tinggi hingga 1,5 meter di wilayah perairan Mataram.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, akibat gelombang tinggi yang mencapai 1 meter hingga 1,5 meter disertai angin kencang yang terjadi Kamis, banyak nelayan di Mataram tidak melaut.
"Dari hasil pantauan tim kami di lapangan, ketinggian gelombang mencapai 1 meter hingga 1,5 meter disertai angin kencang, sehingga banyak nelayan yang tidak melaut," kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Mataram Mahfuddin Noor di Mataram, Kamis (20/2/2020) seperti dilaporkan Antara.
Dengan melihat cuaca yang tidak bersahabat, petugas dari BPBD terus melakukan pemantauan kondisi di sepanjang 9 kilometer pesisir Pantai Ampenan, dan memberikan imbauan agar masyarakat agar tidak beraktivitas di pantai.
Ia mengatakan, berdasarkan informasi cuaca dari BMKG menyebutkan, dalam tiga hari berurut-turut ini, Kota Mataram diperkirakan terjadi intensitas hujan dengan curah sedang dan lebat disertai kilat dan petir.
"Kondisi cuaca itu diprediksi sampai pada tanggal 21 Februari 2020. Untuk posisi musim, saat ini masih posisi musim penghujan," katanya.
Namun demikian, lanjutnya, kondisi Kota Mataram terhadap dampak cuaca tersebut masih normal, meskipun intensitas hujan lebar disertai angin kencang.
Hal itu disimpulkan, karena sampai saat ini belum ada laporan terkait kebencanaan yang diterima baik melalui petugas maupun di posko bencana yang telah disiapkan.
Baik itu terkait debit air pada sungai yang melintasi Kota Mataram, dan sejumlah saluran yang berpotensi meluap sejauh ini belum ada gangguan. Untuk potensi titik genangan dan banjir, di kawasan Sekarbela, Udayana, Brawijaya, Kekalik, Ampenan terus dipantau.
"Titik-titik tersebut biasanya meluap manakala intensitas lebat. Tapi Alhamdulillah, kondisi Kota Mataram sejauh ini masih aman terkendali. Baik di laut maupun di darat," katanya.
Namun demikian, pihaknya tetap mengimbau masyarakat agar terus waspada, mengingat bencana bisa terjadi dimana pun dan kapan pun. "Apalagi, status siaga darurat ditetapkan sampai 31 Maret 2020," katanya.