Bisnis.com, MANGUPURA - Pietro Gennari Food Agriculture Organisation Chief Statistician mencatat terdapat kesenjangan data yang signifikan di Asia-Pasifik dalam memonitor Sustainable Development Goals 2030.
Menurutnya, hal ini akan menjadi tugas besar bagi para ahli statistik nasional untuk mencapai target SDGs 2030 pada point kedua yakni mengakhiri kelaparan di dunia.
"Sehingga urgensi statistik dalam proses mengakhiri kelaparan menjadi fokus utama dalam acara 28th Session of the Asia and Pacific Commission on Agricultural Statistic (APCAS)," ujarnya di Padma Resort, Legian, Kuta, Senin (10/2/2020).
Perwakilan FAO untuk Indonesia Stephen Anthony Rudgard mengatakan di Indonesia setengah miliar orang masih bertahan hidup dalam kelaparan dan hanya tersisa waktu kurang dari 15 tahun lagi untuk menuntaskannya, sehingga perlu kerja sama antara Pemerintah, Organisasi Internasional dan sektor swasta untuk memenuhi kebutuhan data statistik ini.
Data statistik menjadi hal yang penting untuk menentukan hasil pencapaian, evaluasi program dan penentuan kebijakan selanjutnya. Namun, kemampuan untuk memantau dan mengalisis statistik tersebut bervariasi dimasing-masing negara. Dibutuhkan kerja sama antara FAO dan pemerintah, termasuk Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian Pertanian atau lembaga terkait untuk menghasilkan statistik pertanian berkualitas yang akurat, tepat waktu dan relevan agar tersedianya pencapaian indikator SDGs.
Kepala Bagian Data dan Informasi Kementerian Pertanian Indonesia Ketut Kariyasa mengatakan data yang akurat sangat penting terkait faktor-faktor yang memengaruhi pertanian, seperti sebaran kebutuhan masyarakat, diversifikasi pangan dan alih fungsi lahan.
"Sejauh ini angka kelaparan di Indonesia masih rendah, hanya terdapat saat terjadi bencana, sehingga perlu adanya tindakan pencegahan untuk mengatasi hal tersebut," ungkapnya.
Dalam pertemuan APCAS yang berlangsung selama tanggal 10-14 Februari, dengan 100 delegasi dari 30 negara dan 9 organisasi internasional dan regional akan disuguhkan 13 topik kunci, di antaranya mencakup studi kasus spesifik pada daerah tertentu, termasuk statistik peternakan, perikanan, dan data mikro disimenasi.
Sesi-sesi tersebut dapat sangat berguna untuk menentukan bagaimana FAO dapat membangun kapasitas untuk monitoring perkembangan SDGs di kawasan Asia-Pasifik dan bagaimana pelaporan keseluruhannya bisa memiliki indikator yang jelas untuk digunakan dalam pertimbangan kebijakan.