Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Retribusi Pulau Komodo Rp14 Juta, Ini Kata Menpar

Retribusi Rp14 juta itu akan dikaji dulu oleh Kementerian Pariwisata.
Pemandangan di Pulau Padar, salah satu objek wisata unggulan di Labuan Bajo, selain Taman Nasional Komodo/ M. Taufikul Basari
Pemandangan di Pulau Padar, salah satu objek wisata unggulan di Labuan Bajo, selain Taman Nasional Komodo/ M. Taufikul Basari

Bisnis.com, DENPASAR - Media asing yang menyoroti biaya retribusi wisata Pulau Komodo yang mencapai Rp14 juta, ditanggapi Menteri Pariwisata Wisnhutama dengan masih mengkaji terlebih dahulu Ikhwal hal tersebut.

Dia menjelaskan hal itu diupayakan pemerintah daerah guna memperoleh wisatawan yang berkualitas.

"Retribusi Rp14 juta itu akan dikaji dulu oleh Kementerian Pariwisata, yang pentingkan devisanya yang masuk. Pada akhirnya, jika kualitas wisatawannya bagus, spending-nya bagus, growth ekonomi-nya bagus, melindungi alamnya juga bagus, sampah lebih sedikit. Yang penting spending-nya," jelas Wisnhutama usai membuka acara Indonesia Tourism Outlook 2019 di BNDC, Nusa Dua Bali, Jumat (22/11/2019).

Dikatakannya, hal tersebut juga masih belum diputuskan, namun sementara dilakukan studi.

"Itu juga yang dimaksud Gubernur NTT untuk meningkatkan kualitas pengunjung yang datang ke sana. Dan itu juga kan belum diputuskan, masih dalam studi," kata dia di hadapan wartawan.

Dia melanjutkan, media asing yang memberitakan itu dianggap hal biasa dan merupakan pemberitaan media mereka saja. Di lapangan, kenyataannya tidak seperti itu.

"Itu bisa-bisanya media itu saja. Taktik dia saja untuk dibaca. Bali sangat layak dan mempunyai potensi yang banyak. Hanya saja kita menanggapinya dengan berbenah diri," lanjut dia.

Dia menuturkan kuantitas harus berujung ke kualitas turis yang datang ke sehingga spendingnya di Indonesia jauh lebih besar.

"Jadi bukan numbernya, tapi kualitasnya. Contohnya, New Zealand yang 4 juta orang pertahun kunjungannya tapi spending per visit itu hampir US$ 5.000. Dengan cara itu mereka bisa melindungi alamnya," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Busrah Ardans
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper