Bisnis.com, MATARAM--Lebih dari 50% penduduk miskin termasuk di Nusa Tenggara Barat hidup di lahan kering. Petani lahan kering di daerah ini menggantungkan perekonomiannya dengan menanam jagung.
Setiap masuk musim tanam, petani harus meminjam uang kepada para rentenir dengan bunga yang mencapai hingga 50%. Apabila produksi rendah, kemampuan petani untuk membayar pun menjadi rendah yang menjadikan hal ini terus menerus berputar.
Universitas Mataram melalui program Applied Research and Innovation System in Agriculture (ARISA) yang didanai oleh pemerintah Australia, mencoba untuk mengenalkan rekayasa teknologi dan rekayasa sosial melalui kemitraan petani jagung di lahan kering untuk meningkatkan pendapatan petani.
Teknik yang dikenalkan adalah teknik tanam jagung hibrida baris ganda untuk meningkatkan efisiensi cahaya matahari serta pemupukan berimbang dengan teknik tugal.
Direktur Pascasarjana Universitas Mataram Komang Damar Jaya mengatakan, teknik ini mampu meningkatkan efisiensi lahan hingga 30%. Jika dengan cara biasa petani menanam benih 20kg untuk 1 hektare, dengan teknik baris ganda hanya dibutuhkan 0,7 hektare.
"Sisa lahan seluas 0,3 hektare dapat digunakan petani untuk menanam tanaman lain seperi kacang hijau, wijen, atau kacang tanah untuk diversifikasi tanaman sebagai upaya strategi adaptasi terhadap perubahan iklim," ujar Komang.
Baca Juga
Penerapan teknologi yang sesuai dan dianjurkan membuat petani membutuhkan sarana produksi tanam dalam jumlah dan waktu yang tepat serta tenaga kerja yang lebih banyak. Hal ini berdampak pada modal yang dibutuhkan juga lebih banyak.
Guna mengatasi persoalan modal dan juga menghindarkan para petani dari rentenir, diperkenalkan pula skema kemitraan dengan perbankan, penyedia bibit, pupuk bersubsidi, dan juga calon pembeli jagung. Sekitar 3.300 petani di wilayah Lombok Utara, Lombok Timur dan Sumbawa sudah mengetahui skema kemitraan ini.
PROGRAM PEMBIAYAAN MELALUI KUR
Untuk menjamin bahwa pinjaman petani dibelanjakan sesuai kebutuhan untuk usaha tani jagung, maka pada saat realisasi pencairan KUR oleh PT Bank Pembangunan Daerah NTB Syariah (Bank NTB Syariah) pihak penyedia bibit dan pupuk pun turut hadir. Hal ini agar petani bisa langsung membeli saana produksi jagung dan hanya uang ongkos tenaga kerja saja yang dibawa pulang.
Direktur Bank NTB Syariah Kukuh Rahardjo mengatakan untuk penyaluran KUR tani jagung ini tidak menggunakan agunan karena plafon yang diberikan masih di bawah Rp25 juta per nasabah.
"Biaya produksi per hektare itu sekitar Rp10 juta. Kami berikan KUR sekitar Rp7 juta sampai Rp8 juta. Rata-rata petani memiliki sekitar 3 hektare lahan, jadi masih tidak memerlukan agunan," ujar Kukuh.
Setidaknya sudah ada sekitar 1.660 petani yang memanfaatkan program kemitraan dan menerapkan teknologi tanam jagung yang dianjurkan. Dengan skema ini, pendapatan petani bisa meningkat sampai 156%.
Peningkatan pendapatan ini diperoleh dari peningkatan produksi per hektare karena adanya efisiensi penggunaan lahan atau penambahan jumlah populasi per hektare.
Selain itu, peningkatan pendapatan juga terjadi karena adanya penurunan jumlah pembayaran bunga hutang dari 30%-50% kepada rentenir menjadi hanya 7% melalui skema KUR yang diberikan.
Diharapkan, melalui kemitraan seperti ini permasalahan kemiskinan petani di lahan kering secara perlahan dapat teratasi.